Part 3 - The 'Bruder'

1.3K 21 0
                                    

“Andreeee!”

Jam baru menunjukan pukul 3.15 tapi hari ini Vannya telah berada dirumahnya. Tidak seperti biasanya, biasanya ia akan sedikit bersantai dengan mengobrol sebentar dengan para asisten apoteker lain yang ada di apotek, tapi kali ini, ia terpaksa langsung pulang.

Tadi siang Vannya mendapatkan sebuah SMS yang mengabarkan bahwa Keponakan satu-satunya datang dan sekarang berada dirumah.

“Tante Annya!” serunya ikut berteriak sambil berlari kepelukan Vannya.

“Kemana aja ini, udah lama gak main?”

“Ateu aku punya ice cream buat ateu.”

“Oh ya? Buat aku?”

Anak laki-laki berumur lima tahun itu mengangguk dan dengan semangat menyeret Vannya menju kulkas yang ada di ruang makan.

Setelah puas makan ice cream tiba-tiba Andre mengejaknya untuk main di taman kompleks rumahnya.

“Dre, tapi kan tadi pagi ujan, basah loh tamannya.” Bujuk Vannya agar Andre mengurungkan niatnya untuk pergi ketaman.

“Aku mau main ketaman Ateu!” kukuh Andre.

Vannya menarik napas bingung, “Oke kalo gitu, aku ganti baju dulu yah, tapi inget jangan jauh-jauh dari Ateu nanti yah!”

“Oke deh!” jawabnya dengan semangat.

###

“Andreeeee!” teriak Vannya panik memanggil-manggil nama keponakannya itu.

Vannya bingung harus mencari keponakannya itu kemana lagi, taman utama kompleks sudah ia jelajahi untuk mencari Andre namun tetap tidak ketemu juga.

“Aduh kemana sih tuh anak? Udah gue bilang jangan kemana-mana juga!” tadi Vannya terpaksa meninggalkan Andre didepan toilet karena tadi dia kebelet buang air, tapi saat Vannya keluar, dia sudah tidak menemukan keponakannya itu dimana-mana. “Ah, alamat gue digantung nih sama Mbak Vita!”

“Andreeee!”

“Sorry Mbak, liat anak cowok gak mbak kira-kira umurnya lima tahun dan tingginya segini,” Vannya memberikan gambaran Andre yang gak lebih dari sebatas pinggangnya. “Pake baju warna merah, gambarnya angry bird?”

Mbak yang ditannya Vannya berfikir sebentar dan memberikan jawaban, “Engga tuh Mbak.”

“Oh, makasih ya Mbak.” Setelah memberikan senyuman terpaksanya Vannya pergi dan mencari Andre kembali.

Suasana taman lumayan semi, mungkin dikarenakan hujan yang mengguyur hingga tengah hari tadi. Tapi, Vannya tetap bisa menemukan orang-orang untuk ditanyai nya tentang keberadaan Andre saat ini.

Rata-rata orang yang ditanyai Vannya menjawab dengan kata ‘engga tau’, ‘engga liat’, ‘kayanya tadi disana deh’, tapi saat didatangi ketempat yang ditunjukan Vannya tetap tidak menemukan Andre juga.

Vannya kira kesialannya sudah berhenti saat ia menerima kabar bahwa Andre ada dirumah tadi siang, tapi ternyata kesialannya justru berlanjut gara-gara Andre datang kerumah.

“Aduh dimana sih lo Andree?! Gue bisa bener-bener digantung nih sama Mbak Vita kalo kaya gini caranya!” kata Vannya frustasi sambil duduk disalah satu bangku taman yang ia temui.

Saat sedang membayangkan bagaimana ekspresi kakak dan mama nya saat mengetahui anak dan cucu satu-satunya itu hilang entah kemana, mata Vannya tak sengaja tertuju pada arena permainan tepatnya pada jungkat-jungkit yang sedang dinaiki oleh seorang cowok dan seorang anak kecil berbaju merah.

Seketika wajah Vannya menjadi cerah, ia segera berdiri dan berlari mendekati jungkat-jungkit itu.

“Andreeee!” teriak Vannya senang dari kejauhan.

Senandung Masa PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang