-MEGA I'AM IN LOVE-
"Mba, anterin gue nyewa carrier!"
Ini bukan nada bertanya ataupun meminta, tapi ini nada memerintah. Rada sarap emang ini orang.
"Kapan?" Tanyaku menjawab seseorang di ujung telpon sana. Nadaku bertambah bete mengingat dia memanggil ku -lagi-lagi- dengan sebutan "mba". Padahal dia yang lebih tua dariku, yaah walaupun hanya beda beberapa bulan sih. Belum lagi panggilan itu gak ada nyambung-nyambungnya dengan wajahku yang oriental padahal aku keturunan asli sunda ga ada campuran sedikitpun.
"Tar sore, pulang gue kerja. Gak ada acara kan?"
"Gak ada sih.."
"Yaudah ntar gue kabarin lagi." Sambungan pun di putus.
Orang itu emang selalu menguras emosi ku yah. Dengan sedikit dongkol aku memasukan ponselku ke dalam saku seragam lalu kembali mencuci tangan.
Namanya Pradipa, gebetannya Diva partnerku di ekskul seni. Eh, sebenernya si Dipa juga suka sih sama si Diva, tapiii gak tau kenapa deh mereka sampai sekarang belum juga jadian. Yang pasti sih, aku udah lelah jadi mak comblang mereka, dua-dua nya sama sama gengsi yang berakhir dengan ketidak jelasan seperti sekarang ini.
Dipa itu, salah satu dari sekian buanyaaak anak korban perceraian orangtuanya. Dia memilih gak ikut siapapun dan hidup berdua bersama kakak perempuannya. Itulah yang menyebabkan dia harus putus sekolah.
Aku kaget pertama kali denger itu dari Diva beberapa hari lalu, dan mungkin itu juga alasan untama adek gue tercintah itu tidak menerima pernyataan cinta dari Dipa minggu lalu.
Jujur, gue sangat amat menyayangkan keputusan Diva itu. Secara gue yang selalu paling heboh buat nyomblangin mereka, gue yang paling kepo, dan gue juga yang paling ribet kalau mereka ada salah paham. Tapi balik lagi, itu semua udah jadi keputusan Diva, so gue bisa apa?
"Lama amat sih teh ke toiletnya?" Tanya Diva saat aku sudah duduk di depannya. "Tuh, keburu dingin entar baso nya."
Dengan semangat aku menambahkan beberapa sendok sambal kedalam mangkuk baso yang ada di hadapanku. Sehingga warna kuah yang ada di mangkukku berbanding terbalik dengan kuah yang ada di mangkuk Diva.
"Eh iya, tadi kak Dipa telpon aku." Kataku sambil kembali menambahkan sambal beberapa sendok lagi.
"Ohya? Ngapain?" Tanyanya langusng antusias.
"Duuuhhh, kepo banget sih.. ahahha.."
"Iihh si teteh mah, di tanyain bener jugaa." Katanya dengan merengut, aku tau dia hanya pura-pura ngambek, tapi aku tetap langsung menjawab nya dengan serius.
"Minta anter ketempat sewa outdoor nanti sore."
Respon Diva hanya mengangguk-angguk sambil kembali memakan basonya. Ah ga asik!
"Jadi sebenernya kamu sama kak Dipa itu gimana siih?" Pancingku biar dia bercerita. Daaaaann.... berhasil, dia langsung meneguk es teh nya dan mulai bercerita.
"Yaah, gitu teh. Teteh juga tau kan."
"Engga. Aku ga tau."
"Iihh teteh mah." Katanya merajuk. "Diva juga bingung, yang pasti sih Diva bakalan ngejauh."
"Yakin bisa?"
"Yah harus bisa."
"Emang kenapa harus ngejauh sih? Emang kalau temenan gak bisa?"
"Bisa sih teh, tapi akunya yang gak mau jadi PHP buat dia."
"Ah ribet.."
Dulu dia yang galau-galauan karena suka sama si Dipa dan bingung gimana sebenernya perasaan Dipa. Eeh, sekarang giliran udah tau dan udah jelas-jelas si Dipa ngomong suka, cinta dkk dia yang malah mau ngejauh.
"Aku mah bingung apa maunya kamu Div." Kataku jujur. "Kalian masih sering kasih kabar?" Sambungku.
"Masih, tapi kadang suka gak Diva bales. Yaah.. abis aku juga bingung kalau dia udh mulai bales singkat-singkat, yaudah aku ga bales. Emang sih, kadang suka ngerasa pengeen banget chat dia, kadang juga Diva ngerasa kehilangan."
"Aku masih bingung sama alasan kamu ngejauh. PHP? PHP karena apa?" Tanyaku setelah Diva diam sekitar dua detik. Aku menyimpulkan dia sudah selesai.
"Yaah aku ga mau ngasih harapan teh," jawabnya langsung. "Aku gak mau Kak Dipa maskin suka, makin sayang apalagi makin cinta sama aku, karena aku gak akan mungkin bisa bales rasa itu!"
"Kalau kata aku sih, bukannya gak bisa, tapi gak mau. Iya kan?" Diva tak menjawabnya, hanya mengaduk-aduk mie yang ada di mangkuk basonya.
"Gini loh Div. Kalau menurut aku gak ada salahnya kok kalau kamu pacaran sama Kak Dipa. Dia orangnya baik, bertanggung jawab juga, abaikan kata-katanya yang kadang suka jleeb dihati. Oke, aku baru sekali ketemu dia dan ngobrol langsung sama dia, tapi satu yang aku liat dari dia, dia gak munafik. Buktinya dia ngomong dulu masalah keluarga dan keadaannya sebelum nembak kamu.
Dan kalau kamu keberatan sama pendidikannya, emang kenapa sih? Toh kalian cuma mau pacaran kan, belum mau nikah besok juga dan lulusan SMP bukan berarti gak bisa sukses loh." Kataku panjang lebuaar.
Aku mengambil es tehku dan menyeruputnya hingga habis, lumayah haus juga ternyata. Diva masih diam.
"Div, itu cuma pendapat aku loh yah? Maaf kalau kata-kata aku ga enak."
"Ih santai aja sih teh.." jawab Diva dengan gayanya yang khas.
Aku bersyukur, berarti dia gak marah ataupun tersinggung. Syukurlaah...
#
"Teh, Diva mah suka da sama kak Dipa, seneng aja ga tau kenapa. Seneng liat gayanya.." Diva masih saja bercerita tentang cowok yang mrmbantu rombonganya sampai di titik ini tadi siang.
"Yang mana sih?" Tanyaku penasaran. Sekeren apa sih gayanya sampai-sampai Diva menyeretku menjauh dari tenda rombongan segera setelah aku tiba.
"Teteh sih nyusul, jadi ga tau kan." Dia berhenti untuk meneguk susu coklatnya sedikit. "Itu loh, tenda free wifi. Tadi pas nunggu teteh sama kak Dika nyampe Diva sama yang lainnya ikut foto-foto di bawah." Katanya panjang lebal, dan responku hanya menatapnya bingung.
"Gak ngerti."
#
"Waktu di Puntang, elo bisa turun cepet."
"Itu gue kebelet pipis tau, makannya setengah lari, pengen cepet nyampe pos bawah."
"Pantesan, gue nawarin elo buat duduk dulu ga mau!"
"Emang iya?"
"Iya gue nawarin, gue bilang, "Mba istirahat dulu sini" eeh elo nya malah ngeloyoor aja."
"Ahahhaa gue ga inget."
"Mungkin kalau gue ketemu elo duluan, semuanya bakal beda, Ca."
"Dulu, gue pernah berantem hebaaat banget sama sahabat gue. Dan itu rasanya gak enak, sumpah. Lo tau gara-gara apa? Cowok. Padahal prinsip gue itu, jangan sampai cowok ngebuat diri gue berubah. Taunya gue ngelanggar prinsip sendiri."
"Makannya gue ngalah, biar elo gak ngerasainnya lagi."
#
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Masa PKL
Teen FictionVannya seorang siswi SMKF di kota Bandung harus bertemu dengan dua cowok cakep saat melaksanakan praktek kerja lapangan. Pertama adalah Putra, salah satu asisten apoteker yang menjabat sebagai admin yang hobinya telat dan membuat Vannya menunggu lam...