“Hari ini udah makan?”
Vannya menggeleng mendengar pertanyaan itu.
“Maag nya kambuh, makannya perutnya kembung gitu.” Kata dokter jaga di UGD rumah sakit tempat Vannya praktek.
Rafa heran saat ketukan-ketukan dipintu rumah Vannya melemah dan lama kelamaan menghilang. Saat pintu itu terbuka, ia menemukan Vannya terduduk lemas dipinggir pintu sambil memengangi perutnya.
Dari pagi sampai saat itu Vannya memang baru makan tadi pagi saat baru turun dari kamarnya, itu pun hanya sepotong roti dengan slai kacang kesukaannya.
Wajah cantik Vannya kini pucat, menahan sakit yang mendera lambungnya. “Lo gapapa kan?”
“Perut gue Fa..”
“Aduh, gue harus ngapain nih?” Tanya Rafa bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang.
“Ambilin obat maag gue di kotak obat!”
Buru-buru Rafa masuk menuju tempat P3K dan obat-obatan berada, mencari Antasida untuk menetralkan asam lambung Vannya.
Bingung obat mana yang dimaksud, Rafa membawa kotak obat itu kedepan dan memberikannya kepada Vannya. “Gue bingung Van, lo cari sendiri deh.”
Vannya mencari-cari obat yang mampu meredakan asam lambungnya, namun setelah mengeluarkan obat-obatan itu Vannya tidak dapat menemukannya.
“Aduh! Kayanya abis deh.”
“Kita ke rumah sakit aja deh.” Kata Rafa sambil berjalan masuk mengambil kunci mobilnya yang tadi ia simpan diatas meja.
“Om, Ateu Annya kenapa?” Tanya Andre yang sedang asik main games di laptop Vannya.
“Andre ayo kita ke rumah sakit.” Tanpa banyak tanya Andre mengikuti Rafa keluar rumah.
Setelah mengunci rumah, Rafa mengangkat Vannya dan memasukannya ke dalam mobil, Andre ikut masuk di kursi belakang.
Suasana rumah sakit sepi saat mereka datang, mungkin karena ini hari minggu, dan memang kebanyakan dokter di hari minggu libur praktek.
“Jaga pola makannya, ini maag nya udah lumayan parah. Jangan makan yang pedes-pedes, gorengan juga dikurangi, usahakan makan yang lembut-lembut yah.” Kata dokter itu sambil menulis. “Ini resepnya.”
“Makasih dok.” Kata Rafa yang duduk disebelah Vannya, sedangkan Andre duduk dipangkuannya.
“Bisa jalan gak?”
“Bisa.” Jawab Vannya lemah.
Dengan dipapah Rafa, Vannya berjalan menuju apotek pusat untuk mengambil obat yang telah diresepkan. Sengaja Rafa mendudukan Vannya dikursi ujung yang dekat dengan pintu utama rumah sakit agar nanti Vannya tidak terlalu jauh berjalan.
“Andre duduk disini yah, temenin Ateu Annya nya. Om mau ambil obat dulu buat Ateu Annya.”
Sepuluh menit kemudian, Rafa kembali menghampiri Vannya dan Andre. “Yuk..”
###
“Kenapa lo?” Putra langsung duduk di kursi kosong yang ada disebelah Vannya. Tadi pagi Vannya meminta izin kepada bu Salma untuk bekerja sambil duduk, dan hasilnya sampai sekarang Vannya hanya bertugas untuk menuliskan etiket saja.
“Maksud lo? Gue gapapa deh.” Vannya bingung dengan apa yang ditanyakan oleh Putra barusan.
“Muka lo pucet.”
“Masa?” Vannya menatap Putra sebentar, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
“Lo sakit apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Masa PKL
Fiksi RemajaVannya seorang siswi SMKF di kota Bandung harus bertemu dengan dua cowok cakep saat melaksanakan praktek kerja lapangan. Pertama adalah Putra, salah satu asisten apoteker yang menjabat sebagai admin yang hobinya telat dan membuat Vannya menunggu lam...