Part 19 - Broken Heart

154 7 5
                                    

Part sebelumnya:


Saat itu Vannya duduk sendirian di ruang tamu rumah kosan Putra. Putra tadi pamit ganti baju setelah mengobati luka Vannya yang ternyata lumayan parah juga. Sambil terus mengelus-elus kakinya yang terkilir, tanpa sengaja ia melihat ponsel Putra tergeletak begitu saja di atas meja.

Akibat rasa penasaran yang besar, kini ponsel itu sudah berada di tangannya, dengan yakin Vannya menggoreskan jarinya membuat pola yang menjadi kunci ponsel itu dan hasilnya berhasil.

Yang pertama di buka Vannya log in telepon. Di posisi teratas tante Annisa, kemudian Ari, dan beberapa orang yang Vannya tak kenal. Tangannya berhenti men-scroll saat mana Melsi tertangkap mata.

Tak berhenti di situ, Vannya langsung melihat pesan masuk, whatsapp, dan bbm Putra. Di whatsapp lah Vannya menemukan chat room mereka. Tiba-tiba layar berganti menampakan tulisan "Melsi Calling".

Dengan ragu Vannya menggeser layar kearah kiri lalu mendekatkan ke telinganya.

"Put.. Putra.." hanya itu yang terdengar diselingi isakan karena Vannya telah menutup teleponnya.

Ponsel itu sudah rapi berada di tempatnya semula saat Putra, terlihat fress setelah mandi.

"Yuk pulang."

Katanya namun Vannya hanya diam, "Ayo!"

"Kayanya gue pulang sendiri aja deh kak."

Kening Putra berkerut tanda tak setuju.

"Tadi ada telpon," jawab Vannya sambil menunjuk kearah ponsel Putra dengan dagunya. "Dari Melsi.. dia nangis.."

"Lo tetep gue anter balik!"

###


Tanpa mengucapkan sepatah katapun Vannya langsung turun dan berjalan hampir berlari masuk menuju rumahnya. Dia butuh suatu tempat untuk melindungunya dari kehancura hati yang disebabkan oleh Putra. Sampai di kamarnya, sesak yang di rasakan Vannya sudah berubah menjadi sebuah tangis kepedihan yang memilukan. Semua ia tumpahkan dalam air mata tiada henti.

Sungguh sakit rasanya melihat orang yang dicintai telah menemukan seorang pengganti posisi yang awalnya ditempati oleh diri kita.

Seseorang pernah bekata taraf tertinggi mencintai seseorang itu saat merelakan orang yang dicintai bahagia bersama orang yang dicintainya. Tapi taraf tertinggi kebohongan adalah mengakui pernyataan tersebut dan kali ini Vannya setuju dengan hal tersebut.

Bohong besar orang yang bilang bisa rela melihat orang yang dicintainya bersama orang lain.

###

"Lo kenapa, Van?" tanya Ananda heboh saat melihat kedatangan Vannya lengkap dengan kacamata hitamnya. Alhasil usahanya untuk masuk ke apotek utama tanpa menarik perhatian banyak orang menjadi sia-sia karena kini semua orang sedang menatapnya dengan pandangan ingin tahu.

Karena kelelahan menangis semalaman hingga ketiduran Vannya bangun pukul setengah sebelas pagi, atau siang?

Tanpa perlu cermin untuk membantunya, Vannya tau matanya pasti sangat besar seperti telor rebus. Usahanya mengompres si telor rebus dengan es batu tak terlalu membuahkan hasil dan akhirnya kaca mata hitamlah yang menjadi pilihan terakhirnya, agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan Vannya berniat masik ke dalam apotek utama diam-diam. Awalnya berjalan sesuai rencana buktinya Vannya bisa sampai di depan loker tanpa satupun orang menyadarinya tapi rencananya gagal saat dia sampai di ruang racik dan pertanyaan dari nanda terlontar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandung Masa PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang