Hari berlalu begitu cepat. Hari ini Vannya hanya duduk didepan sebuah meja dan berhadapan dengan berbagai faktur pemesanan yang harus ditulisnya ulang kedalam buku jurnal. Tapi meskipun begitu, Vannya tetap merasa capek terutama pada pergelangan tangan kanannya yang terus dipakai untuk menulis. Selain itu juga tinta pulpen yang baru saja dibelinya dua hari yang lalu kini telah habis dan tidak bisa digunakan lagi. Untung saja kantor administrasi ini memfasilitasi karyawan-karyawannya dengan ATK yang cukup, sehingga Vannya tidak perlu membeli lagi pulpen baru.
Terlalu sibuk dengan tugas barunya itu Vannya baru sadar ini telah memasuki jam pulang saat ponselnya yang ada di dalam saku almamaternya berdering. Suasana ruangan itu kini sepi, hanya ada dirinya dan Putra yang sedang berada didepan komputernya di sudut ruangan.
Vannya mengambil ponselnya dan setelah dilihat ternyata nama Dimas yang terpampang dilayar.
“Hallo.” Sapa Vannya terlebih dahulu.
“Dimana? Hari ini kita jadi jalan kan?”
Ya ampun! Vannya hampir saja lupa dengan janjinya kepada Dimas di senin sore.
“Hmm.. Gue masih di kantor farmasi nih, tapi bentar lagi udahan kok. Lo dimana?”
“Pantesan gue cariin di apotek rawat inap gak ada. Gue ada di ruangan perawat deket apotek rawat inap. Gue tunggu lo diparkiran yah?”
“Oke. Parkiran deket apotek rawat inap kan? Sepuluh menit lagi gue nyampe. Bye.”
Percakapan pun selesai, dan Vannya buru-buru membereskan buku dan faktur-faktur yang tadi sedang dikerjakannya.
“Kak Putra, gue pulang duluan yah?” Katanya disela-sela merapikan mejanya.
“Mau kemana lo? Tumben langsung ngacir?”
“Mau tau aja apa mau tau banget?!” Jawabnya dengan nada bercanda.
“Eeh, serius nih gue nanya! Kemana? Sama siapa?”
“Idih! Siapa elo nanya-nanya gue? Udah ah, gue balik yah. Bye!” Seru Vannya setelah selesai membereskan mejanya dan kemudian berjalan meninggalkan Putra sendirian di ruangan itu.
###
“Dim, beli ice cream yuk?” Ajak Vannya saat mereka berdua sedang berjalan menuju kursi taman yang kosong.
Setelah cukup lama mereka berdua berdiri didepan parkiran menentukan kemana mereka akan pergi, akhirnya mereka menutuskan untuk pergi taman kota untuk sekedar ngobrol-ngobrol santai.
“Lo mau yang mana?” Tanya Dimas saat mereka telah di depan penjual ice cream yang Vannya maksud.
“Gue yang ini aja deh.” Jawabnya sambil mengambil satu cup kecil ice cream coklat. Dimas pun mengikuti Vannya memilih ice cream yang sama.
Setelah membayar ice cream tersebut mereka kembali melanjutkan perjalanan, menuju salah satu bangku taman kosong terdekat.
“Lo suka?” Tanya Dimas sambil mengamati Vannya menyuap ice cream nya.
“Suka. Udah lama gue gak makan ice cream.” Jawabnya sambil terus menikmati ice creamnya.
Dimas kembali terdiam sementara Vannya masih sibuk memakan ice creamnya.
Vannya tidak mendengar lagi Dimas berbicara, akhirnya Vannya menengokkan kepalanya kearah Dimas.
Pandangan mata cowok itu lulur kedepan, seolah sedang memikirkan sesuatu hal yang sangat serius.
“Dim,” terus Vannya lembut sambil menepukan tangannya dibahu Dimas.
Dimas sedikit kaget dengan panggilan itu namun dengan cepat dia telah kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Masa PKL
Novela JuvenilVannya seorang siswi SMKF di kota Bandung harus bertemu dengan dua cowok cakep saat melaksanakan praktek kerja lapangan. Pertama adalah Putra, salah satu asisten apoteker yang menjabat sebagai admin yang hobinya telat dan membuat Vannya menunggu lam...