Part 18 #3

322 24 12
                                    

Rabu kelabu.

Jika bisa memilih Vannya tentu saja ingin melarikan diri dari rumah sakit, tepatnya dari Putra.

"Mau sampai kapan kamu menghindari masalah? Mama tau Putra tadi malem kesini, dan mama juga tau kamu semaleman nangis sampe ketiduran."

Ucapaan mamanya sanggat membuat Vannya kaget sekaligus malu kepergok nangis gara-gara hal seperti ini. Dengan enggan Vannya menghapus air matanya kemudian mengubah posisinya menjadi duduk di atas tempat tidur. Dilihatnya mamanya dengan santai berdiri diantara pintu yang terbuka tidak terlalu lebar.

"Mungkin waktu masalah Rey mama nycoba ngertiin kamu, mama biarin kamu sedih-sedihan. Tapi apa selamanya kamu bakal kaya gitu? Belajar dewasa sayang,belajar menghadapi masalah hidup! Salah satunya ya ini.Ingat sayang keputusan itu satu paket sama resiko. Kalo kamu memutuskan untuk pacaran itu artinya kamu juga harus siap dengan resikonya yaitu putus dan sakit hati."

Tapi jika dipikir lagi, memang lebih baik Vannya masuk sih. Jika ia tetap dirumah, pastinya ia akan mengurung diri di kamar dan hanya akan meratapi nasib. Lagian jika Vannya tetap di rumah itu artinya ia harus mencari alasan keabsenannya, alasan paling gampang ya sakit, dan surat sakitnya harus ia berikan kepada Putra. Jadi sama aja kan. Ujungnya Vannya bakalan bertemu dengan cowok itu.

Sebenarnya bukan tidak mau sih bertemu putra, Vannya hanya tak tau reaksi apa yg harus di berikannya, logikanya menyuruh untuk berikap biasa. Tapi, apakah bisa? Setidanya hari ini Vannya masuk siang jadi cukup setengah hari saja kesempatannya bertemu dengan Putra.

Jam di pergelangan tangan Vannya telah menunjukan angka dua belas lewat lima menit. Helaan napas panjang mengiringi perjalanannya menuju apotek pusat. Sudah terlambat untuk kembali dan menjadi seorang pengecut! Yang harus ia lakukan sekarang hanya menghadapinya.

###

Pukul tujuh lebih tiga belas menit, Vannya sudah duduk di cafe dekat rumah sakit menunggu Rafa menjemputnya. Vannya enggan menunggu di apotek karena risih Kak Ari menanyai hubungannya dengan Putra.

Oh iya, omong-omong tentang Putra, hari ini Vannya beruntung karena ternyata Putra mendadak harus pergi ke Jakarta dengan bu Assyfa. Satu hari terlewati dengan aman.

Hampir setengah jam kemudian, Rafa masih belum datang juga. Alasannya saat di telepon ‘jalanan macet’, yaah mau bagaimana lagi selain kembali menunggu.

Seorang waiters datang membawakan segelas apple juice yang kedua saat Vannya sedang sibuk main games di ponselnya.

“Makasih mas.” Serunya sambil menengok sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya.

Tak berapa lama Rafa datang dan langsung duduk dihadapannya.

“Kemana a-” Omelan Vannya terputus saat mengetahui siapa yang sebenarnya sedang duduk di depannya. “Rey?”

“Hey.”

“Hey.” Balas Vannya dengan canggung.

“Bolehkan gue duduk disini?”

“Boleh aja sih, tapi.. aku mau balik.”

“Nanti aku anter. Aku mau ngomong dulu sama kamu, bisa?”

“Oke, ngomong aja.” Sebenarnya Vannya ragu, tapi entah kenapa kalimat itu meluncur begitu saja.

###

Senandung Masa PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang