part 18#4

335 21 3
                                    

Rafa memarkirkan mobil dengan tergesa, tadi saat dirinya baru saja sampai rumah ponselnya berdering menyanyikan lagunya Nidji yang arti sahabat menandakan itu telepon dari Vannya. Setelah percakapan satu arah dari Vannya, Rafa pun memutuskan sambungan tersebut. Seperti biasa Vannya memang selalu merepotkannya, dia minta di jemput di rumah sakit. Tapi entah mengapa, semerepotkan apapun Vannya, Rafa selalu tidak mampu untuk menolak permintaan-permintaan itu.

Di cafe tersebut Rafa menemukan Vannya dengan mudah, duduk di pojokan dekat kaca, tempat duduknya yang biasa. Langkahnya terhenti saat seorang cowok lebih dahulu sampai di meja tersebut, tak lama Rafa mengenalinya sebagai sosok Rey.

Dari raut wajah Vannya yang tegang dan ekspresi Rey yang berharap, Rafa tau mereka membutuhkan waktu berdua untuk bicara.

Tak jauh dari tempatnya berdiri Rafa menemukan sebuah meja kosong dan memutuskan untuk menunggu Vannya disitu.

###

“Apa kabar?” suara Rey memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.

“Seperti yang kamu liat, aku baik.” Jawab Vannya singkat, matanya terus tertuju pada gelas apel juice dihadapannya.

“Syukur kalo begitu.” Keheningan kembali tercipta. Rey bingung harus memulai dari mana, sementara Vannya memang tak ingin berlama-lama duduk disini.

Seorang waiters datang membawakan pesanan Rey, setelah mengucapkan terimaksih waiters tersebut pergi. “Aku mau minta maaf, Nya. Aku salah ninggalin kamu gitu aja..” suara Rey kembali terdengan.

“Aku udah maafin kok.”

“Serius, Nya. Aku minta maaf, aku ga seharusnya kaya gitu sama kamu. Aku-”

“Udahlah Rey,” potong Vannya. “Aku udah maafin kamu kok. Itukan udah lama, kita hidup untuk masa sekarang dan masa depan, bukan masa lalu. Sorry Rey, gue harus pergi sekarang..”

Vannya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Dia harus pergi sesegera mungkin, jika tidak bisa dipastikan hal yang paling dihindarinya akan terjadi hari ini.

Dari mejanya Rafa bisa melihat Vannya sudah tidak betah berada situasi yang ada, tak lama Vannya berdiri dan siap pergi. Melihat itu Rafa segera menyimpan selembar uang diatas meja dan langsung menghampiri Vannya.

“Nya,” dengan sigap Rey menahan pergelangan tangan Vannya.

Dengan sekuat tenaga Vannya menekan rasa sakit di tenggorokan dan dadanya sebelum akhirnya membalikan badan. “Udahlah Rey, aku udah maafin kamu sejak lama kok. Kalo kamu jadiin permintaan maaf ini sebagai beban, serius aku udah maafin kamu, jadi sekarang, kamu bisa bebas jalanin hidup kamu lagi.”

“Nya, gak kaya gitu.. aku-”

“Kenapa nih?” tanya Rafa setelah dekat.

Kemunculan Rafa dimanfaatkan Vannya untuk melapaskan diri dari Rey, dengan segera ditariknya tangannya yang awalnya ditahan Rey.

“Pulang yuk Fa!” pinta Vannya sambil menarik Rafa namun Rafa hanya diam memandangi Rey.

“Hey, Raf.” Sapa Rey.

“Hei, Rey.”

“Fa, ayo pulang.” Pinta Vannya sekali lagi, kali ini tarikannya lebih kuat dari sebelumnya. Setelah beberapa detik menatap Rey, Rafa pun mengikuti Vannya keluar.

###

Hening menguasai suasana di dalam mobil.

“Gue denger dari nyokap lo, lo putus sama Putra.” Tanya Rafa beberapa blok dari rumah Vannya. Mendengar pertanyaan itu, pertahanan diri Vannya musnah seketika. Air mulai mengalir di pipinya, dan perlahan tapi pasti isakan-isakan kecil keluar mulai terdengar.

Senandung Masa PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang