PART 1

2.8K 63 8
                                    





AUTHOR POV

"Makasih ya, Kak. Udah bantuin kita!" Seru seorang gadis cilik kepada remaja laki-laki itu.

"Sama-sama. Sudah kewajiban Kakak buat bantu kalian ya,kan?" Jawab laki-laki tersebut.

"Iya. Aku ingin ketika dewasa nanti punya pangeran setampan dan sebaik Kakak." Seru sang gadis yang langsung berlari meninggalkannya.

Laki-laki tersebut tersenyum sambil memandang beberapa anak kecil yang sedang sibuk berlari dan bermain. Ia pun pergi dan duduk dikolong jembatan yang ada di sungai kotor dan terpencil di ibukota. Matanya menatap langit dan pikirannya entah melayang kemana. Sorot kesedihan tidak lepas dari matanya namun, semua tertutup oleh wajah tampan yang terukir dalam dirinya. Banyak orang yang mengira bahwa ia adalah seorang pengamen berwajah tampan. Namun mereka salah besar, bila tahu kebenarannya.

Ia adalah ANOVANDER PRATAMA. Seorang anak keluarga yang berada. Ia bahkan tidak pernah merasa kekurangan materi karena kekayaan keluarganya sangatlah banyak. Apa pun yang diinginkannya pasti terwujud namun banyak yang tidak menyangka bahwa ia tidak merasa bahagia. Bersyukur pasti selalu ia panjatkan meskipun banyak hal yang belum bisa ia gapai begitu saja. Masalah yang ia hadapi sangat sulit untuk dimengerti. Masa lalunya yang kelam menyebabkan sifatnya berubah dingin seperti es. Banyak kaum hawa yang memujanya karena ketampanannya. Namun mereka juga harus menelan ludah karena sifat dinginnya.

    "Semua ini terasa berat untukku, Tuhan. Apa tidak ada secuil harapan yang bisa ku gantungkan? Semua sia-sia dan hanya menguras emosi ku saja. Bagaimana aku harus bertahan jika tidak membuahkan hasil." Tanyaku dalam hati dan terus memandang indahnya bulan malam hari.

Hari ini aku sangat lelah karena aktivitas yang menguras banyak tenaga. Mengamen dari satu lampu merah ke lampu merah yang lain hanya untuk mengumpulkan uang bagi adik-adik kecilku di kolong jembatan. Meskipun melelahkan, tapi aku senang bisa bekerja dan bermain bersama mereka. Walau usia mereka yang masih belia tidak menutup kemungkinan bahwa aku belajar banyak pada mereka. Keluguan dan ketulusan mereka banyak kujadikan pelajaran. Hidup serba pas-pasan tidak mungkin dapat memudarkan senyuman indah di wajah malaikat-malaikat kecilku. Mungkin hanya mereka yang dapat membuatku lupa akan segala masalah yang kuhadapi.

    "Hmmm... Bulannya sangatlah indah. Andaikanku dapat... BUKK.AWW... Siapa sih yang ngelempar kurang kerjaan banget!!!" Gerutu ku sambil mengedarkan pandangan guna mencari siapa pelakunya. Dan dapat!!! Seorang wanita berambut panjang serta muka yang kusut. Kulangkahkan kaki ku menujunya agar dia tahu, karena ulahnya wajah tampanku kesakitan.

"Ehhh lo!!! Kurang ajar banget nendang kaleng minuman sampe kena muka gue."

"Ma-af aku gak ngg... Ngga sengaja." Sahut perempuan tersebut sambil terus menundukkan kepalanya karena ketakutan.

"Maaf-maaf sakit nih. Eh, kalo orang ngomong tuh di liat bukannya nunduk! Apa sih yang lo cari, duit?" Bentakku marah.

"Iya maaf. Aku gak bermaksud buat kamu kesakitan, tadi kebablasan aja." Ujarnya yang kini sedang menatapku ketakutan.

"Dasar cewek stres." Akupun beranjak meninggalkannya. Mungkin malam ini kesialan sedang ada padaku. Shit...

   ALYA POV

Kulangkahkan kakiku entah kemana menelusuri jalan sepi yang tak berujung. Seilir angin malam yang berhembus menusuk relung hatiku. Kenangan-kenangan indah kembali terputar di ingatanku. Seakan tak mau hilang ditelan bumi.

"Aaaa... Kenapa semua ini harus gue alami. Salah apa sih gue selama ini. Kenapa dia harus pilih perempuan lain? Kurang apa gue selama ini? Semua sudah gue kasih buat dia."

FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang