Author Pov
Pagi ini taman kota dipenuhi oleh masyarakat yang mengisi hari Minggu mereka dengan sekedar berjalan-jalan maupun berolahraga. Begitu pun dengan Alya, awalnya ia mengajak para sahabatnya untuk sekedar jogging bareng. Tetapi, teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing, ia pun memutuskan untuk jogging sendiri.
Setelah tiga putaran, Alya berhenti sejenak untuk beristirahat. Ia meneguk air mineral sambil melihat orang disekitarnya. Namun, pandangannya berhenti pada sesosok laki-laki yang sedang bercengkrama dengan pria paruh baya yang duduk di kursi roda. Keakraban mereka terlihat sangat hangat, seketika Alya teringat akan Ayahnya yang telah tiada. Sungguh ia merindukannya.
Namun seketika laki-laki tersebut menatap Alya dan membuatnya mengalihkan pandangan. Alya terlihat salah tingkah ketika laki-laki tersebut berjalan bersama pria paruh baya yang duduk di kursi roda mendekat ke arahnya.
"Ngapain lo disini?" Tanya laki-laki tersebut. Selalu dengan nada dingin.
"A-ku lagi istirahat sebentar. Kamu sendiri?" Tanya Alya balik.
"Bukan urusan lo." Ucapnya dingin.
"Ma-af." Jawab Alya seraya menundukkan kepalanya.
"Kamu tuh Nov, jangan terlalu kasar sama perempuan. Selalu saja begitu. Nak, jangan dimasukin hati ya. Anov memang terlihat dingin namun hatinya sangat hangat." Ucap pria paruh baya itu seraya tersenyum.
"Iya Om, gak apa-apa." Jawab Alya seraya tersenyum.
"Udahlah Pah. Ki..."
"Kamu tuh, tadi ngajakin sekarang buru-buru pulang. Yaudah sana beli minuman, Papa haus." Sela pria paruh baya tersebut yang ternyata adalah Ayahnya Anov.
"Yaudah." Jawab Anov lalu meninggalkan mereka berdua.
"Nak, namamu siapa?" Tanya Papa Anov.
"Saya Alya, Om." Jawab Alya terlihat canggung.
"Santai aja, Om gak gigit kok. Kamu kenal sama Anov?"
"Saya satu Sekolah, tapi hanya sekedar tahu saja." Jawab Alya.
"Anov itu anak saya satu-satunya. Diluar ia terlihat dingin, namun sesungguhnya ia sangatlah baik. Mungkin masa lalu yang membuatnya menjadi dingin." Jelasnya seraya menerawang ke depan.
"Masa lalu? Maksudnya?" Tanya Alya penasaran. Sebenarnya Alya tidak ingin ikut campur urusan pribadi keluarga Anov. Tetapi entah mengapa kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
"Kamu penasaran ya?" Guraunya. Alya terlihat kikuk.
"Masa lalunya begitu sulit. Di usia yang masih kecil, ia selalu mendengar Papa dan Mamanya bertengkar. Berawal dari keadaan Perusahaan yang sedang bermasalah dan keegoisan kami berdua. Kami berdua sangat jarang ada di rumah, sehingga ia hanya diasuh oleh pembantu rumah tangga. Kesibukan masing-masing yang membuat kami tidak mempunyai waktu bersama. Hingga saat ini, ia selalu merasa kesepian, Mamanya yang sibuk dengan urusan sendiri dan Om yang mengalami kelumpuhan mengakibatkan Om tidak dapat berbuat apa-apa." Jelas Papa Anov.
Alya tercengang mendengar hal itu dan ia menjadi tahu mengapa Anov mempunyai sifat dingin.
"Anov butuh kasih sayang. Om bisa memberikannya namun belum tentu dengan Mamanya." Lanjut Papa Anov.
"Semua butuh proses Om. Seiring berjalannya waktu, apa yang dibutuhkan pasti akan didapatkan. Termasuk kasih sayang dari Mamanya." Tambah Alya seraya tersenyum tulus.
Obrolan mereka terhenti ketika Anov kembali dengan membawa minuman.
"Nih Pa..." Ucap Anov seraya menyerahkan minuman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR
Teen FictionKalyana Indriani. Akrab disapa Alya ini adalah siswi berprestasi di SMA Global Jaya yang merupakan sekolah favorit dan bergengsi di Jakarta. Karena kurangnya komunikasi dari sang Ibu ditambah dengan kepergian sang Ayah akibat penyakit yang dideritan...