"Al...?" Tanya Zana saat ia sedang berada di kamar Alya. Karena kedua orang tua Zana sedang berada di luar kota dan ia merasa bosan sendiri dirumah.
"Lo deket yaa sama Ketua Basket?" Tanya Zana kembali. Alya yang sedang menikmati soto ayam langsung tersendak begitu mendengar pertanyaan dari Zana.
"Lo ngomong apaan sih Za?" Tanya Alya kikuk. Ia mencoba merubah wajahnya setenang mungkin.
"Gue kenal lo bukan sehari dua hari aja Al. Kemarin gue ngeliat lo kayak khawatir gitu pas Kak Anov jatuh di lapangan, terus kemarin lo juga kasih sesuatu gitu ke dia. Emang lo ada apaan sama dia? Gue kan sahabat lo Al, ceritalah!"
"G-gue gak ada apa-apa sama dia Za." Jawab Alya memalingkan pandangan ke arah lain.
"Yaudah gue gak maksa lo buat cerita kok Al. Tapi kalau lo ada masalah sekecil apapun jangan sungkan cerita sama kita-kita ya Al." Jelas Zana lalu duduk disebelah Alya.
Alya merasa lega saat Zana selesai mengucapkan kalimatnya. Ia tidak usah menjelaskan tentang Anov sekarang.
***
Suasana kantin mendadak seperti pasar kaget mulai jam 10 an. Anov dan teman-temannya sudah duduk manis di kursi bagian tengah karena sudah tidak ada lagi bangku kosong di kantin.
"Bro lo kemarin dikasih apa sama Alya ya, namanya tu anak?" Tanya Rasyid pada Anov yang sedang menikmati mie ayam. Seketika Anov menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan dari Rasyid.
"Apaan?" Tanya Anov bingung.
"Aalahh pake ngelak lagi lo! Kemarin kita ngeliat lo dikasih sesuatu gitu sama dia. Sshhh pedes banget dahh!!" Jelas Billy sambil memakan batagor sekaligus bakso yang dicampur dengan sambal.
"Gak." Jawab Anov singkat, padat, datar dan dingin.
Teman-temannya hanya bisa mendengus mendengar jawaban Anov tersebut. Menurut Devan sahabatnya itu telah berubah menjadi tertutup, pendiam, dan dingin semenjak Alena yang merupakan sahabat Anov sejak kecil meninggal karena penyakit Kanker. Devan jauh lebih mengenal Anov karena mereka sudah saling kenal saat di SMP.
Tiba-tiba pandangan Anov tertuju pada segerombolan cewek yang baru memasuki kantin. Dan ketika pandangannya bertemu dengan Alya, ia langsung memutuskan kontak terlebih dahulu. Dan lagi-lagi Alya hanya menunduk.
"Nov ada Alya tuh!!" Goda Ziyad sambil menyikut lengan Anov.
"Terus?"
"Ahh gak asik lo!" Ziyad mendelik sebal.
"Woy lo mau kemana Bro?" Tanya Devan saat melihat Anov bangkit dari tempatnya.
"Cabut."
"Tunggu gue ikut Nov!" Billy berjalan di sebelah Anov.
Saat Anov dan Billy melewati Alya dan temannya, tiba-tiba Billy menarik tangan Anov tepat di depan Alya. Anov terkejut, tetapi ia sangat pandai mengalihkan raut mukanya datar.
"Ehh ada Alya. Ada salam nih dari Anov!" Ucap Billy tiba-tiba dan membuat Anov menautkan alisnya. Alya hanya bisa menunduk saat melihat Anov. Ia pun tidak tau sebabnya.
"Ngaco lo."
Anov langsung meninggalkan tempat itu disusul Billy yang terkikik di belakang Anov.
"Ciee ada yang dapet salam ya?" Gurau Asha pada Alya yang mukanya sudah merah padam.
"Apaan sih!" Alya pergi menuju meja kantin yang kosong. Teman-temannya hanya tertawa melihat tingkah Alya tersebut.
***
Merdeka di Sekolah adalah ketika guru pelajaran Matematika yang menjadi pelajaran horror, tidak masuk kelas karena ada urusan mendadak. Seketika kelas pun menjadi seperti suasana konser.
"Clesssssss temenin gue yukkk?" Ajak Alya pada Clesy yang sedang asik membaca Wattpad.
"Apaan sih ganggu aje lo! Gue lagi baca yang romance nih!" Clesy menjawab tanpa mengalihkan pandangannya pada layar ponsel.
Melihat teman-temannya yang lain juga sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, akhirnya Alya memutuskan ke toilet seorang diri dengan sedikit berlari.
Betapa terkejutnya Alya saat sudah selesai dari toilet, melihat Anov yang sepertinya juga baru selesai dari toilet. Seperti biasa setiap melihat Anov, yang dilakukannya hanya menunduk saja.
"Lo kenapa?" Tanya Anov sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celana.
"Hah? A-aku kenapa?" Jawab Alya memberanikan diri menatap Anov.
"Ketemu gue nunduk mulu?" Ucap Anov yang membalas tatapan Alya setenang mungkin.
"A-aku g-gak kenapa-kenapa kok Kak. Kalau gitu aku permisi..." Alya memutuskan untuk pergi lebih dahulu. Tetapi sudah lebih dulu Anov menahan lengan Alya. Jantung Alya sontak berdegup dengan kencang.
"Sorry." Ucap Anov seraya pergi meninggalkan Alya lebih dulu.
Alya hanya tercengang mendengar perkataan Anov. Dan hanya bisa menatap punggung Anov yang semakin menjauh.
Kkriiinnngggg
Saat ini Alya dan Uma sedang berjalan sambil bersenda gurau selepas Sekolah. Tetapi saat di pertengahan jalan, sebuah mobil berhenti didepan mereka yang ternyata adalah orang tua Uma. Mereka sengaja menjemput Uma karena akan ada acara keluarga. Akhirnya tinggal Alya seorang sambil menatap mobil itu pergi menjauh. Seketika pikirannya tertuju pada Ibundanya yang hanya sibuk dengan urusan kantornya. Dan kembali teringat pada Ayahnya yang telah tiada.
Saat berada di jalan yang lumayan sepi, ia melihat seorang lelaki yang memakai corak seragam yang sama dengannya sedang dihadang oleh beberapa Murid dari Sekolah lain. Satu pukulan mendarat mulus di wajah lelaki tersebut. Tetapi lelaki tersebut tidak tinggal diam, lalu kembali memukul seorang cowok dihadapannya. Segerombolannya pun dengan cepat menghajar lelaki tersebut. Akhirnya lelaki yang memakai seragam sama dengannya tumbang.
Seketika seperti ada bohlam diatas kepala Alya, Alya pun bersembunyi di semak-semak lalu membunyikan suara sirine polisi dari ponselnya dengan kencang. Sehingga membuat segerombolan itu membubarkan diri.
Alya langsung berlari kepada lelaki tersebut dan terkejut melihat Anov yang terluka disekitar wajahnya. Alya langsung menarik Anov kedalam dekapannya, menyandarkan Anov pada bahunya.
"Yaampun Kak Anov!!" Alya terpekik saat melihat darah segar mengalir di bibir Anov.
"Gapapa." Jawab Anov singkat.
"Gapapa gimana sih? Liat darah ngucur di bibir!" Alya langsung mengusap darah yang ada di bibir Anov. Anov hanya menatap Alya datar.
"Rumah aku udah gak jauh dari sini. Kerumah aku dulu, biar aku obatin lukanya." Alya langsung merangkul Anov lalu berjalan pelan menuju rumah Alya yang berada tidak jauh lagi.
Saat sudah berada didalam rumah, langsung saja Alya merebahkan Anov di sofa ruang keluarga dan bergegas mengambil kotak P3K. Dengan telaten Alya mengobati luka Anov. Anov hanya memperhatikan gurat wajah Alya yang tampak khawatir itu. Penglihatannya tertuju pada Name Tag di baju Alya.
"Kalyana Indriani?" Ucap Anov dengan suara parau.
"Hmm?" Alya menatap Anov sekilas, lalu pandangannya kembali tertuju pada luka Anov di bagian pipi yang tampak memar parah.
"Aww!!" Rintih Anov.
"Sorry Kak... Tahan bentar yaa." Anov hanya menurut saja apa yang dikatakan Alya.
"Udah selesai." Jawab Alya sambil tersenyum.
"Kal?"
"Ya?"
"Makasih."
"Iyaa."
***
Part 5 udah selesai... Jangan lupa vomment nya yaa
See you
Salam, AGBAC
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR
Teen FictionKalyana Indriani. Akrab disapa Alya ini adalah siswi berprestasi di SMA Global Jaya yang merupakan sekolah favorit dan bergengsi di Jakarta. Karena kurangnya komunikasi dari sang Ibu ditambah dengan kepergian sang Ayah akibat penyakit yang dideritan...