Para Murid SMA Global Jaya tengah berkumpul disekolah pagi buta, sibuk membagi dua yang akan menjadi suporter antara Basket dan Teater. Sekolah mereka terkenal dengan para suporter yang heboh, terlebih mereka berhasil memenangkan penghargaan dalam suatu ajang perlombaan yang menilai pula para pendukungnya.
Alya pagi-pagi sekali sudah berada di Taman Ismail Marzuki bersama anggota Teater lainnya. Mempersiapkan penampilan sebaik mungkin.
"Yaya!" Panggil Clesy berteriak membuat seluruhnya menutup telinga.
Alya sudah hafal betul suara nyaring itu, "Suaranya turunin satu oktaf, Cles." Tegur Alya.
Clesy hanya menyengir kuda, "Iya deh sorry. Udah siap kan semuanya, apa ada yang kurang?" Tanya Clesy sambil memutar tubuh Alya.
"Udah semua, tenang aja. Yang lainnya mana, dateng kan?" Tanya Alya karena sahabatnya yang lain belum terlihat juga.
"Mereka lagi foto-foto diluar. Biasalah ngecengin cowok dari sekolah lain, sambil dengerin istigfar nya Uma." Ujar Clesy sambil geleng-geleng kepala. Alya terkekeh mendengar kelakuan sahabatnya itu.
"Yaudah kalau gitu gue keluar dulu. Oh ya, nanti kan sekolah kita penampilan pertama, udah selesai kita langsung ke Hall A Senayan yuk liat basket? Lo kan bisa sambil liat Kak Anov." Ajak Clesy sambil menoel pipi Alya yang bersemu merah.
Alya menutup kedua pipinya dengan telapak tangan, "Y-yaudah deh." Kata Alya.
Tidak lama setelah Clesy pergi dengan persiapan yang sudah matang, acara pun akhirnya dimulai. Lomba Teater memang lebih pagi dibanding turnamen nasional. Global Jaya tampil dengan sangat memukau para juri terlebih sebagai penampilan pembuka.
Walaupun anggota Teater menyadari bahwa penampilan mereka selalu memukau saat lomba, tetapi mereka semua tidak cepat puas dan akan terus belajar lagi menampilkan yang terbaik dari yang terbaik.
***
Ditengah kesibukan Ekskul Teater, anggota Basket pun justru sangat tenang menghadapi pertandingan bergengsi ini. Dikarenakan sang Ketua mewanti-wanti agar tidak terlalu tegang, dan hanya perlu memusatkan konsentrasi bagaimana cara mencetak angka yang akurat nanti.
Sebelum pertandingan, selalu ada briefing dengan pelatih, "Santai aja Bro, jangan dibawa panik. Kita bermain semaksimal mungkin. Menang kalah udah biasa, tapi kalau bisa menang sih." Canda Pak Narto yang membuat seluruh anggota tertawa kecil.
Suasana didalam Hall A Senayan sudah padat dan riuh oleh penonton dari berbagai SMA. Global Jaya salah satunya, suara Billy yang memimpin suporter Global Jaya sudah terdengar sedari pagi walaupun belum ada penonton lain yang datang.
Pertandingan pertama sudah dilaksanakan tadi dan dimenangkan oleh salah satu SMA Negeri di Jakarta. Pertandingan kedua saatnya Global Jaya melawan SMA Surya Bakti.
"Oke, saya yakin kita semua bisa. Jangan cari kelebihan lawan, cari kelemahannya. Karena lewat kelemahan mereka, kita mampu buat taktik baru cetak angka yang gak bisa dibaca oleh lawan. Paham?" Pesan Anov yang dibalas anggukan patuh anggota Basket.
Akhirnya kedua tim tersebut segera memasuki lapangan, untuk turnamen nasional lebih mengutamakan kelas XI yang didampingi oleh beberapa pemain kelas XII agar permainan mereka seimbang.
Suporter Global Jaya semakin bersorak saat Anov sebagai kapten tim mencetak poin double-double. Permainan terus berlanjut hingga dimenangkan oleh Global Jaya.
Saat hari menjelang siang, Billy melihat Alya dan sahabatnya baru saja memasuki venue. Untungnya ada beberapa orang yang keluar sehingga mereka duduk tepat disamping seluruh anak Global Jaya. Ide cemerlang langsung terpancar di otak Billy.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAR
Teen FictionKalyana Indriani. Akrab disapa Alya ini adalah siswi berprestasi di SMA Global Jaya yang merupakan sekolah favorit dan bergengsi di Jakarta. Karena kurangnya komunikasi dari sang Ibu ditambah dengan kepergian sang Ayah akibat penyakit yang dideritan...