Extra Part - 1

873 19 0
                                    

Setiap pagi setelah menikah, Alya yang akan terbangun lebih dulu daripada Anov. Menyiapkan baju yang akan dipakai Anov ke kantor, menyiapkan sarapan dan hal lain yang biasa mereka lakukan dipagi hari. Ditambah harus selalu ada telor setengah matang untuk Anov di meja makan.

Sebelum menikah, Anov telah membangun rumah untuk ia tempati dengan Alya. Tama dan Sarah tetap menetap di Jepang untuk mengurus perusahaan mereka disana, sementara Anov mengurus perusahaan di Indonesia. Dengan perubahan Sarah terhadap keluarga, Eyangkung dan Oma kembali ke Indonesia untuk menata semua yang sempat ia tinggalkan. Rumah lama Anov pun, ditempati oleh Eyangkung dan Oma.

Tama dan Sarah mempunyai ritual setiap sebulan sekali harus pulang ke Indonesia untuk menjenguk Eyangkung dan Oma, jika dalam bulan tersebut ada halangan, Eyangkung dan Oma akan menagih janji Sarah untuk terus pulang. Bahkan Sarah begitu diperhatikan sekarang oleh Oma dan Eyangkung.

"Masih flu?" Tanya Anov yang baru saja sampai di ruang makan.

Alya mengangguk, "Masih banget. Aku gak ke kantor dulu hari ini."

Setelah menikah pun Alya tetap melanjutkan karier dengan bekerja disalah satu perusahaan swasta. Tanpa embel-embel bahwa dia merupakan salah satu anak pemilik saham di tempatnya bekerja. Indra sempat menyarankan untuk Alya bekerja di perusahaannya ataupun perusahaan yang dijalankan Laras, namun Alya benar-benar menolak, dan ingin cari kerja sendiri. Pendidikan S2 serta berbagai prestasi yang ia berikan pada perusahaan, membuat Alya mempunyai posisi penting di lingkungan perusahaannya.

"Ya jangan, nanti malah makin sakit." Anov menerima telor setengah matang yang dibuat oleh Alya.

Alya memperhatikan Anov yang makan sambil membaca berita dari layar iPad nya. Yang selalu ia buka saat sarapan.

Alya mengelus kepala Anov, "Sayang," Alya tersenyum pada Anov yang melihat kearahnya.

"Kenapa?" Tanya Anov.

"Aku punya hadiah deh buat kamu." Ucap Alya.

Anov mengerutkan keningnya, "Aku kan gak lagi ulang tahun, Kal."

"Emang hadiah harus pas ulang tahun aja?" Alya menuangkan air putih digelas Anov yang isinya sudah habis setengah.

"Hadiah apa?" Anov bertanya lagi. Alya mengelus pipi Anov, "Habisin dulu makan nya."

Suaminya itu masih saja datar seperti dulu. Tapi justru itu yang membuat dirinya terus betah bersama Anov. Bukan Anov namanya kalau tidak datar. Anov juga bukan tipe lelaki yang suka umbar kemesraan didepan umum, bahkan setelah mereka menjadi suami istri saja, jika mereka jalan di mall atau sebagainya, Anov tidak pernah menggandeng tangan Alya. Tapi ia akan terus menggenggam tangan Alya disaat mereka berdua sampai mobil. Intinya hanya mereka berdua.

Anov sudah menyelesaikan sarapannya dan bersiap untuk berangkat ke kantor, "Aku pergi ya." Anov bangkit dari duduknya.

"Tunggu, kan aku mau kasih hadiah." Alya berlari kecil menuju kamar bawah, tempat ia menyimpan kado untuk Anov, "Buka deh." Suruh Alya pada Anov saat memberikan kotak kecil berwarna Putih.

Anov mengangkat satu alisnya, tapi ia tetap mengikuti apa yang disuruh oleh Alya. Saat ia membuka kotak kecil itu, ia melihat sebuah batang panjang berwarna Putih dengan dua garis Merah ditengah-tengahnya.

"Selamat ya, kamu akan jadi seorang Ayah." Ucap Alya yang tersenyum lebar.

Detik itu pula, Anov memeluk Alya sangat erat. Ia tidak menyangka, bahwa sekarang Alya sedang mengandung anak darinya. Alya membalas memeluk Anov.

"Makasih ya, Kal." Ucap Anov. Alya tertawa, "Kok makasih? Ini kan perjuangan kamu juga. Jadi kita sama-sama berjuang ya."

Anov melepas pelukannya dan mengecup kening Alya lama, ditambah kecupan di bibir manis Alya.

FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang