Part 28 - 1 dari 2 terakhir

717 24 0
                                    

"Terus gimana kabar Mama Papa kamu?" Tanya Alya saat dimobil menuju rumah Alya.

"Jauh lebih baik dari yang terakhir kamu liat. Intinya Mama mulai menyadari kesalahannya waktu saham perusahaan turun, ditambah Mama nabrak aku dulu. Intinya Mama sadar kalau tempatnya pulang ya keluarga." Cerita Anov.

"Tapi perawatan medis kamu udah tuntas atau masih harus bolak balik?" Tanya Alya lagi.

Anov tersenyum, "Mesti harus check up tapi sesekali aja, but so far so good, aku gak merasa sakit lagi atau gimana-gimana."

"Kalau kamu gimana? Jauh lebih baik tanpa aku?" Alya mendengus mendengar pertanyaan Anov.

"Ya ada baik, ada enggaknya." Jawab Alya singkat.

"Apa baik nya? Apa buruk nya?"

"Pokoknya baiknya nanti kamu liat sendiri. Buruknya, kamu pasti tau, aku cari kabar kamu kesana kemari, apakah kamu masih ada atau enggak. Kamu tuh pergi dengan keadaan yang tidak diinginkan deh. Itu yang terus aku pikirin." Jelas Alya.

"Aku minta maaf, ya." Ucap Anov sambil mencubit pipi Alya.

Mobil Anov akhirnya sampai didepan rumah megah yang sudah lama tidak ia kunjungi.

"Yuk masuk." Ajak Alya. Anov mengikuti Alya dari belakang.

Saat memasuki rumah, terlihat Laras sedang membuat kopi untuk Indra.

"Hai, Ma," Sapa Alya yang disambut senyuman hangat Laras, "Hai, sayang, gimana aca— Bentar, ini... Anov bukan ya?" Tanya Laras ragu sambil melihat kearah Anov.

"Malam, Tante." Anov mencium punggung tangan Laras, "Apa kabar?"

"Sangat baik. Ini beneran Anov kan?" Tanya Laras lagi yang membuat Alya tertawa, "Ya siapa lagi, Ma."

Anov tersenyum canggung. Saat Laras ingin bertanya lagi, Alya langsung menyela, "Udah ya, Ma. Nanti Alya yang jelasin. Ini kopi pasti buat Ayah?"

Laras menghela nafas, "Masa buat Mama, Al. Nih kamu yang kasih." Laras kembali tersenyum pada Anov, "Suruh duduk dong, Al. Masa berdiri terus."

Tepat saat Alya ingin mengajak Anov untuk duduk, Indra turun dari tangga. Alya menyerahkan kopinya pada Indra yang sedang tersenyum lebar menatap anak gadisnya, "Wihh ini Alya yang bikin pasti en—"

"Alya kan udah bilang, jangan minum kopi malem-malem, Ayaahhh." Ucap Alya memberi penekanan.

"Ayah gak minta, Mama sendiri yang buatin." Bela Indra.

"Mmmm sejak kapannn Mama mau buatin kopi, kalau gak dipaksa." Balas Laras. Sementara Anov dari tadi hanya diam ditempatnya tidak mengerti. Tetapi ia masih ingat siapa lelaki dewasa didepannya ini, lelaki yang dulu sangat ditentang oleh Alya.

Pandangan Indra jatuh pada sosok lelaki disamping Alya. Alya yang melihat pandangan Indra langsung memperkenalkan Anov pada Indra, "Kenalin, Yah. Ini lohh yang ituuu." Sedangkan Indra ber-oh-ria.

Anov pun mencium punggung tangan Indra, "Saya Anov, Om."

"Ya Alya udah banyak cerita." Indra berubah menjadi serius, "Al bikin minum ya sama Mama. Ayah mau ngobrol sama Anov." Alya mengerutkan keningnya melihat perubahan Indra, sementara Laras mengajak Alya untuk membuatkan teh.

Anov mengikuti langkah Indra menuju taman belakang, dan duduk berhadapan.

"Sudah lama sekali ya kamu tidak memberi kabar pada Alya. Dan ya, akhirnya kamu datang hari ini setelah menggantungkan semua pikiran anak saya." Ucap Indra tidak pakai basa basi.

Semenjak ada Indra dikehidupan Alya, ia menjadi lebih terbuka dengan keluarganya. Alya selalu cerita tentang apa yang dirasakan, tentang apa yang terjadi di kantor, apapun selalu Alya ceritakan, dan Laras yang melihat perubahan dalam diri putrinya merasa bahagia bahwa Alya selalu merasa keluarga adalah penopang yang paling kuat dalam hidupnya.

FARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang