The Final Shooting

6.3K 551 86
                                    

Hey, senang sekali akhirnya saya bisa upload lagi

Ya walaupun agak telat, karena terhambat kuota haha

Saya ucapkan terima kasih kepada beta reader saya karena sudah mau repot-repot meluangkan waktu untuk mengkoreksi di jadwal wara wirinya. Mulai minggu depan sedih sekali karena saya sudah di lepas. Tak akan ada campur tangan beliau. hiks. Semoga saya masih berkembang. Thanks

Terima kasih juga untuk para reader yang tidak bosan-bosannya menunggu part selanjutnya yang katanya terlalu lama di post. Maafkan saya huhu. Bukan maksud hati untuk berlama-lama. Tapi jangan ngambek ya, terus ga vote. Sedih kali

Enjoy it

***The Final Shooting***


Marvin duduk di kursi santai dengan payung besar yang melindunginya dari sinar matahari yang begitu terik. Matanya fokus pada kertas script, pikirannya berkecamuk. Clara duduk di samping Marvin, "Kau akan baik-baik saja," ucapnya menyemangati.

Marvin menghela napas berat. Bagaimana mungkin semua akan baik-baik saja, pikirnya. Akan ada adegan dimana ia dan Damien berciuman. Tentu semua akan baik-baik saja jika tak ada tukang pukul yang akan senantiasa membuat sesuatu di dalam dadanya berdentam tidak nyaman. Tidak akan baik-baik saja setelah apa yang telah terjadi antara ia dan Damien belakangan ini.

"Minumlah, kau akan merasa lebih baik," Clara menyodorkan segelas orange juice pada Marvin yang segera tersenyum menyambutnya.

Clara memperhatikan bagaimana Marvin menyeruput minumannya, tampak tak rileks sama sekali. Ditepuknya pelan bahu Marvin membuat pria itu mengangguk kecil. Menarik napas dalam lalu menunjukan senyumannya pada Clara.

"Kau sangat beruntung. Adegan berciuman dengan the most hot actor in the world. Aku cemburu, tahu!"

Marvin terkekeh geli mendengar ucapan Clara, "Apa yang kau cemburui Clarry? Ternyata kau sefanatik itu pada Damien," ejeknya.

"Bukan seperti itu." Clara menggerakan kedua tangannya di depan dada, kepalanya menggeleng kuat-kuat.

Clara mendelik tak suka. "Enak saja! Bukan itu maksudku!"

"Lalu seperti apa?" Alis Marvin naik sebelah, tak mengerti.

Kalimat Clara tercekat di tenggorakannya, susah payah ia menelan ludahnya. Terlalu bingung bagaimana menjawab pertanyaan Marvin. Lebih tepatnya bingung bagaimana agar Marvin tidak curiga bahwa sebenarnya cemburu yang ia rasakan bukan untuk Damien, tapi untuk Marvin. Clara sadar, Marvin harus professional.

"Lalu apa masalahmu?" Marvin masih menunggu jawaban Clara dengan menatapnya intens.

"T-tidak boleh ada yang mencium dia selain aku!" seru Clara dengan ekspresi tergalak yang ia bisa, namun malah membuat Marvin terbahak melihatnya.

Clara tercekat, kenapa Marvin malah tertawa, seharusnya dia merasa takut. Dirinya sudah memasang ekspresi galak yang biasanya sukses membuat Billy—pria pirang yang mengejar-ngejarnya—terkencing di celana.

"Kau tidak pantas menatapku galak seperti itu, kau-"

"Marvin, sudah waktunya," suara seorang kru memotong pembicaraan Marvin dan Clara. Marvin menoleh pada asisten Mr.Stevenson itu, memberinya anggukan kecil lalu berpaling lagi pada Clara, "Aku akan mulai syuting. Sampai jumpa nanti, oke?" katanya sambil dengan iseng mengacak rambut Clara meskipun masih dipelototi oleh Clara.

"Jauhkan tanganmu dari rambutku!" seru Clara tak terima. Marvin tertawa gemas lalu mengangkat tangannya dari kepala Clara sebelum mengikuti kru tadi menuju lokasi syutingnya.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang