The Revenge

6.4K 518 162
                                    

Hai, Selamat weekend

Senang sekali akhirnya, setelah saya hiatus lumayan lama, saya bisa kembali, melanjutkan cerita missing yang draftnya hilang karena termakan virus.

Terima kasih kepada teman-teman yang masih menunggu Missing, terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah sering mengingatkan. Hmmm, rasa-rasanya saya punya hutang untuk menyelesaikan Missing dan CISIL.

Selama hiatus ini, semoga gaya tulisan saya tidak berubah, atau berjalan mundur.

Mohon untuk berikan komentar kalian, karena beberapa part lagi, cerita ini akan berakhir.


***The Revenge***

Marvin berteriak mengumpat, merutuki betapa bodoh dirinya. Tetap pergi ke ajang penghargaan diam-diam. Menaiki pesawat paling awal. Lupa perihal Ricky yang mengingatkan untuk tidak pergi. Diam di rumah, menyesap coklat panas atau menatap layar laptop, mengerjakan tulisanya yang belum selesai.

Penyesalan Marvin sekarang terlambat. Penyamarannya terbongkar. Si Bodoh Damien sudah menemukannya. Duduk meononton. Dan Sekarang, ya ampun. Si Bodoh Damien ada di belakangnya. Berlari mengejarnya.

"Awas!" Marvin bergerak lincah. Menghindari sepasang anak muda yang sibuk berciuman di tengah jalanan California. Pasangan itu bukannya menghindar, malah asik memanggutkan bibirnya. Lupa perihal keduanya yang nyaris ditabrak Marvin.

"Awas!" Marvin kembali berteriak, berusaha memperingatkan kerumuman orang-orang yang menyaksikan huru-hara di ajang penghargaan Oscar dari layar besar.

"Awas!!!" Marvin kembali berteriak. Lebih kencang dari sebelumnya. Membuat sebagian besar kerumunan orang-orang menoleh, memberikan jalan dengan cepat. Lupa perihal Chris Rock yang sedang mendinginkan suasana penghargaan piala Oscar.

Marvin melangkah lebih cepat, melewati kerumunan, mengabaikan beberapa gadis yang mulai berteriak. Bilang soal Marvin –pria lawan main Damien. Membuat suasana semakin rusuh saja.

"Astaga, Damien!!!" Dari belakang suara beberapa gadis tadi kembali terdengar. Membuat Marvin memperlambat langkahnya, hendak untuk melihat ke belakang. Memastikan jika telinganya tidak salah dengar. Lantas melangkahkan kakinya panjang-panjang. Kembali berlari. Dirinya tidak boleh bertemu dengan Damien.

"Marvin!!!" Suaraitu kembali mengudara. Suara yang selalu Marvin rindukan, akhirnya sampai di teling Marvin samapai beberapa detik selanjutnya suaranya melemah, hilang ditelan suara teriakan orang-orang yang menyebutkan nama sang idola.

Hati kecil Marvin kembali bergetar, membuat langkah kakinya perlahan melambat untuk setiap kali terdengar seseorang yang memanggil namanya.

"Marvin!!!" Suara itu kembali terdengar, namun Marvin tidak menggubrisnya. Memilih untuk melangkahkan kakinya lebih cepat, berbelok di gang sempit.

"Shit!!!" Marvin mengumpat. Menatap Tembok besar yang menghalanginya. Jalan buntu.

Marvin mengedarkan pandangannya, meneliti jalan keluar sekecil apapun. Tidak sudi sekali jika dirinya harus bertemu dengan si brengsek Damien.

Namun sayang, gang sempit sialan ini benar-benar memperburuk keadaan. Tidak ada jalan sama sekali. Jalan keluar satu – satunya hanya jalan tempat masuk yang baru saja ia lewati. Dan itu sama saja dengan bunuh diri.

Si brengsek itu bisa jadi ada di sana. Masih mengejarnya.

Marvin tidak pantang menyerah, membuat perhitungan. Menimbang – nimbang, apakah dirinya bisa melewati tembok besar di hadapannya.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang