The First Meet

12.4K 1K 66
                                    

Sangat luar biasa... Part paling alot yang pernah saya buat. Saya harus jalan - jalan dulu buat dapet idenya. Eh, curhat

Semoga kalian suka.

Votenya guys, thanks :D

***Missing***

The Meet

Marvin menggeliat dan menyembunyikan telinganya dengan bantal setelah weker –yang diletakan dinakas samping tempat tidurnya berbunyi memusingkan kepalanya.

Mata Marvin masih berat. Tapi bunyi electronic musik dari jam weker membuat mata beratnya terbuka. Marvin menggerakan tangannya. Berusaha meraih jam wekernya. Menekan tombol diatasnya untuk membuat benda sialan itu diam.

Marvin menarik tangannya kembali kedalam selimut dan menenggelamkan wajahnya dibantal. Merilekskan kembali otot – ototnya yang kaku karena pekerjaannya sebagai pelayan café yang menguras semua tenaganya.

Sampai akhirnya dia mendengar suara samar dari gorden yang bergeser yang dikuti dengan udara musim dingin yang berhembus kedalam kamarnya.

Tubuh Marvin mengigil. Udara dingin seakan menembus selimutnya.

Orang gila mana yang membuka jendela diawal Desember.

"Holy Shit." Marvin mengumpat. Dia bangkit dari tidurnya dan mendapati Clara sedang melipat tangannya menatap Marvin dengan manik coklatnya yang mengintimidasi.

"Berhenti mengumpat. Dan cepat bersiap – siap." Clara berdesis berbahaya. Sebelum Marvin mengedipkan mata, Clara bergerak. Menarik selimut yang menggulung Marvin dalam satu tarikan, membuat Marvin bergulingan dan jatuh dari kasur.

"Awww. Tak bisakah kau lebih lembut membangunkanku!"

Clara mengacungkan tinjunya keudara. "Berhenti berteriak seperti perempuan sebelum aku memukulmu." Marvin meneguk ludahnya sendiri. Clara menakutkan jika sedang marah. Tapi Marvin tidak tahu kenapa dia marah – marah sepagi ini. Marvin ingin bertanya tapi keberaniannya menguap pada saat Clara memberikan jari tengah padanya.

Clara bergerak menuju pintu kamar. Aura hitam mengikuti Clara dari belakang.

Ini bahaya. Marvin dalam bahaya.

Clara membalikan badannya. Manik coklatnya masih berekspresi sama. Menakutkan.

"Cepat mandi. Apa kau lupa hari ini kau ada audisi."

"A-audisi?" Kata Marvin terbata.

"Jangan bilang kau lupa dengan berkas yang kau kirimkan untuk audisi."

Dahi Marvin saling bertautan,"B-bagaimana kau bisa tahu?"

"Ermm..." Clara gelagapan. Alis Marvin naik sebelah. Dia meminta penjelasan.

"Aku tadi mengecek laptopmu dan aku menemukan notifikasi dari Smith Entertainment." Clara sengaja menekankan katanya notifikasi.

Alis Marvin semakin meninggi. Ada hal yang tidak beres dengan Clara karena dia menekankan kata notifikasi.

Dahi Marvin mengerut, lebih dalam. "Sejak kapan kau tahu password emailku?"

Clara berkacak pinggang, geleng – geleng kepala."Aku tidak tahu password emailmu. Jangan salahkan aku yang bisa membuka emailmu karena kau lupa mengeluarkan akun mu. Lagipula, aku tidak macam – macam. Aku hanya browsing dan tiba – tiba ada notifikasi yang masuk." Marvin memicingkan matanya. Dia semakin curiga.

Clara salah tingkah,"Apa maksud tatapanmu itu?" Marvin tidak gentar. Dia masih melihati Clara dengan tatapan curiga.

"Oke. Aku penasaran dengan notifikasi itu jadi aku membukanya dan aku menemukan email undangan untuk audisi. Kau puas?"

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang