The Man Who is Waiting

3.5K 229 47
                                    

Hallo Selamat sore,

Semoga kalian menyukai part ini.


***The Man Who is Waiting***

Matahari bersinar indah, tumbang di kaki langit. Angin berhembus lembut, menggerakan anak rambut. Suara ombak terdengar berirama. Indah sekali, seperti alunan lagu yang membuat hati siapapun yang mendengarnya menjadi tentram.

Marvin tersenyum, melihat beberapa burung laut terbang Bersama kawanannya, beberapa diantaranya berani terbang rendah. Menyentuhkan satu kakinya ke air laut. Di pesisir pantai beberapa anak kecil sedang riang sekali bermain, dua tiga anak bermain bola kaki. Beberapa anak perempuan membangun castle tinggi.

"Watch out!" Marvin menaikan satu tangannya yang bebas, berusaha memperingatkan anak perempuan. Namun sayang suara Marvin tak terdengar, ombak menyapu istana pasir. Menyerang dengan ganas, membuat castle runtuh, porak poranda.

Beberapa anak perempuan yang membangun istana castle susah payah meratapi istananya yang rusak, membisu lantas pergi, ikut bermain bola kaki. Malas untuk membangun castle kembali. Percuma, seberapa banyak mereka membangun castle, ombak akan tetap memporak – porandakannya.

Namun salah satu anak perempuan lainnya, enggan pergi. Perempuan dengan rambut hitam keemasan itu masih diam menatap castlenya yang hancur. Mulai berhitung sampai akhirnya anak perempuan itu mulai terisak, perlahan kembali mengambil sekop. Tidak menyerah.

Angin berhembus lembut, menyapu wajah Marvin yang tersenyum melihat bagaimana anak perempuan itu berhasil kembali membangun castle. Bersiap bertepuk tangan sampai akhirnya gerakan Marvin terhenti ketika bola kaki melesat, menabrak castle pasir.

Untuk kali kedua, castle kembali porak poranda.

"Damn..." Gigi Marvin gemertakan, tak terima dengan apa yang sudah dilakukan para anak laki – laki itu. Hendak mengumpat namun urung ketika salah satu anak yang sedang bermain bola kaki lainnya, menghentikan kegiatan menunggunya. Lantas seperti pahlawan, dia membela si anak perempuan.

Kejadian berlalu dengan cepat, anak laki – laki itu berhasil mengusir anak laki – laki lainnya. Sekarang tinggal sisa si pahlawan dan putri yang kehilangan castle pasirnya.

Marvin mengambil gelasnya, mulai menyeruput kopinya, sementara matanya masih fokus pada pemandangan di depannya. Penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apa yang akan di lakukan si pahlawan itu.

Diluar dugaan, seperti adegan drama, anak laki-laki itu mengelus rambut anak perempuan. Lembut. Romantis sekali. Tidak ada yang lebih romantis selain adegan di depan mata lengkap dengan sinar matahari keemasan yang membungkus ke duanya.

Marvin tak sadar jika bibirnya mengulas senyum, menyenangkan sekali bisa melihat hal kecil yang seromantis itu, dan dilakukan anak kecil.

"Ya Ampun, kau bisa membunuh seluruh ayam di dunia." Suara sumbang terdengar di telinga Marvin sukses menghilangkan suasana romantis di depan mata.

Dengan malas Marvin memiringkan kepalanya demi meihat si empunya suara sumbang. Dan Marvin menyesal, orang yang bersuara itu begitu mempesona.

Damien tampil luar biasa, rambut acak – acakan. Baju T-shirt tipis yang memperlihatkan bentuk ototnya yang menggiurkan, bibirnya yang merah menggemaskan. Dan mata biru tuanya yang memikat lengkap dengan sinar matahari keemasan yang jatuh membasuh wajah Damien.

Marvin membeku di tempat, lengkap dengan mulutnya yang terbuka setengah. Marvin tak berkutik, kata – kata makian yang sudah disiapkan tertahan di tenggorokan.

"Ya ampun, apa yang kau lakukan sekarang?" Damien merubah posisinya, sekarang Damien melipat tangannya di dada. Satu alisnya naik sempurna. Berusaha mengintimidasi Marvin.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang