The Different way

5.3K 485 76
                                    

Salam hangat, saya senang sekali cerita vote missing bisa sampai 3k, astaga naga, i cant believe

Jadi part satu ini saya dedikasikan untuk teman-teman pembaca yang selalu vote cerita missing, saya cinta kalian semua

Ah, saya juga suka sama komen2 kalian, bikin gregetan sekali hihi

Jangan lupa untuk membuat jejak di part ini, dengan vote atau komen. Thanks

Enjoy it

***The Different Way***

Diaz adalah orang yang berbeda di masa lalu, dia berubah seratus depalan puluh derajat. Dia tidak cengeng lagi, dia tidak suka mengutuki keadaan dan yang lebih menonjol lainnya adalah, dia berubah menjadi orang yang kuat.

    Sehari setelah sadarkan diri, Diaz sudah mampu berjalan, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah Diaz sudah mampu melakukan sit up dengan satu tangan, atau melakukan hal ekstreem seperti koprol seperti pemain sirkus.

    Suster yang menemukan Diaz sedang melakukan Sit Up berteriak, kaget dengan satu pasiennya itu. Kemudian marah-marah, menasehati Diaz untuk tidak melakukan hal yang demikian atau jahitan di dadanya akan kembali terbuka.

    Diaz hanya terkekeh, mengabaikan nasihat suster itu. Lantas cemberut ketika Marvin memelototinya. Sementara Ricky tertawa sedari tadi, tak berguna sekali dirinya. Hanya mampu menertawai Diaz di nasihati suster galak itu dan Marvin.

    "Jangan lakukan itu lagi, oke." Marvin bersungut-sungut, mata birunya berpendar menyeramkan. Entah mengapa Diaz takut sekali ketika melihat Marvin marah-marah seperti itu. Padahal rasa takutnya itu sudah menghilang dari dalam dirinya, sudah lama sekali.  Rasa takut itu kembali ketika melihat mata biru Marvin melotot padanya. Padahal jelas sekali Diaz tidak takut apapun, tubuhnya bahkan tidak berekasi atau gemetaran ketika 9 pistol mengelilinginya. Siap menembak mati dirinya.

    "Kau juga, jangan hanya tertawa, Rayne." Ricky menghentikan acara tertawanya. Menutup mulutnya dengan satu tangan. Sial sekali dirinya, terkena omelan kakaknya. Dalam hati mengutuki keadaan. Kakak menyebalkannya telah kembali.

    Diaz tersenyum lebar, puas sekali melihat saudara kembarnya dimarahi Marvin. Sampai pada akhirnya senyuman Diaz luntur, ketika mata Marvin kembali menatapnya, menyeramkan sekali. Lebih menakutkan dibandingkan mata melotot si gempal Leonardo.

    Pada akhirnya yang paling bahagia di ruangan adalah si suster. Menikmati acara kakak tampan yang sedang memarahi kedua adik kembarnya yang tak kalah tampan. Lucu sekali melihat kedua kembar identik itu menunduk, mengangguk paham ketika si kakak memberikan nasihat.

    Diaz melirik sekilas, memelototi si suster yang masih menahan tawanya. Lantas dirinya kembali menunduk ketika Marvin berteriak, "Mengerti!"

    Keduanya serempak mengangguk. Diaz dan Ricky saling lirik, tersenyum menyeringai. Dan Boom. Keduanya berhamburan, menyambar Marvin. Memeluk kakak tersayangnya itu.

    Tawa suster itu sudah menghilang, tergantikan dengan senyum yang mengembang. Menatap adegan drama so sweet yang membungkus ruangan.

    "Aku sayang padamu...." Ricky berkata malu-malu. Masih menenggelamkan wajahnya pada dada Marvin. "Aku juga sayang padamu, Kakak." Diaz ikut-ikutan, mengatakan kalimat yang menggelikan di telinga Ricky.

    "Oh..." si suster bergumam, matanya berbinar, menyenangkan sekali melihat ketiga pria tampan saling berpelukan, seperti teletubbies saja. Namun ada yang kurang, seharusnya teletubbies kan ada empat. Seperti tahu maksud si suster, Diaz merentangkan tangannya, menyambut tubuh besar si suster dan akhirnya mereka berempat berpelukan. Lucu sekali.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang