The Trophy

5.5K 505 79
                                    

Selamat malam semuanya, maaf ya baru bisa update di jam segini, maafkan aku, pekerjaan luar biasa menyita waktu, sekarang aku harus meluangkan waktu untuk menulis tidak sama seperti dlu, menulis di luang waktu, semoga kalian tidak marah dah lupa dengan alur ceritanya, give me a vote and comment, thanks

***The Trophy***

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Suara Niken nyaris tidak terdengar, tertimpa suara para penonton yang menggema di luar SUV hitam. Mengelu-elukan nama Damien keras-keras. Meminta sang aktor pujaannya agar segera turun.

Malam ini adalah malam penghargaan Oscar, malam yang ditunggu hampir seluruh insan perfilman seluruh dunia.

"Kau yakin akan baik-baik saja?" Niken kembali bertanya, mengintip jendela mobil, mulai berhitung, berapa banyak orang yang menunggui Damien di luar.

"Damien, apa kau-"

"Aku baik-baik saja Niken. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku."

Niken terdiam, ragu-ragu mempercayai perkataan Damien. Tentu saja Damien tidak baik-baik saja setelah ditinggalkan Marvin. Dia tidak suka marah-marah, menyumpahi orang yang mengambil fotonya diam-diam, tidak protes dengan bawang goreng di atas piringnya atau yang lebih buruk dari semuanya, Damien tidak pernah mengancam Niken untuk memangkas gajinya.

"Kau masih tidak percaya?" Damien mengulas senyum, bibirnya melengkung sempurna. Tangannya bergerak cepat, mengacak rambut Niken perlahan.

Niken hanya ikut tersenyum, ikut hanyut dalam sandiwara Damien, Niken jelas sekali tahu betul jika senyuman Damien itu hanya tipuan belaka.

Orang bodoh saja tahu jika Damien sedang menipu diri, Dari hati yang paling dalam pasti Damien masih merasa bersalah, membiarkan Marvin pergi.

"Hey, jangan mengacak rambutku!" Niken berteriak galak. Mulai sadar jika Damien terlalu lama mengacak rambutnya. Dan sekarang semuanya terlambat, tatanan rambut Niken sudah berantakan.

Niken mengambil cermin di tas kecilnya, lantas berteriak. Tatanan rambutnya benar-benar mengerikan. Seperti di terpa badai katerina. Sialan sekali aktornya ini, mengubah tatanan rambut yang dikerjakan stylish handal selama lebih dari 3 jam, hancur, tak berbentuk.

"What are you fucking-" Suara Niken menggantung di udara, saat tiba-tiba Damien tertawa kecil. Jenis tawa yang sesungguhnya, bukan tawa tipuan Damien akhir-akhir ini.

Niken serasa tersihir, lupa jika dirinya sedang marah-marah. Protes dengan kelakuan Damien terhadap rambutnya. Sampai akhirnya Damien menjentikan jarinya. Memberikan kode pada Niken untuk kembali ke bumi.

"Jangan bengong seperti itu Niken." Damien menggeleng, lantas memutar bola matanya malas, jengah dengan kelakuan managernya. "Kau-"

"Kau bisa membunuh seluruh ayam di dunia. Begitu?" Niken memotong, melipat tangannya. Memasang ekspresi pura-pura menjengkelkan. Lantas buru-buru menutup mulutnya dengan ke dua tangan.

Oow. Niken salah bicara, mengatakan kalimat sakral Damien -yang mungkin akan mengingatkan kembali Damien terhadap Marvin.

"Aku baik-baik saja." Damien bersuara pelan. Mata biru langitnya menatap Niken perlahan. Seakan mengatakan tidak masalah dengan kalimat yang baru saja dikeluarkan managernya.

Niken membeku di tempat, menahan nafas, masih dalam posisi yang sama. Mata coklatnya menatap Damien lamat-lamat. Takut salah bicara kembali.

Niken tidak yakin Damien baik-baik saja. Sampai akhirnya Niken mampu menghela nafas lega ketika Damien kembali meneriakinya, menyumpahinya agar menjadi perawan tua dan mengancamnya dengan memotong gajinya.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang