Hai, apa kabar semuanya?
Semoga selalu dalam keadaan baik - baik saja :)
Dan semoga kalian menikmati part ini. Maaf saya meleset 2 hari untuk posting hehe
*** The Grenade ***
"Diaz! Aku tidak percaya kau benar-benar menemuiku." April. Nama Perempuan itu berteriak kaget. Matanya bulat sempurna. Mulutnya menganga.
"Astaga, aku masih tidak percaya. Bagaimana mungkin kau-" Diaz menyumpal mulut April dengan telapak tangan. Satu jari lainnya menempel di bibirnya.
April mengangguk paham.
"Jadi bagaimana caranya kamu bisa-" April kembali membuka mulut, menurunkan suaranya ketika mata Diaz berubah tajam. "-sampai ke sini?"
Diaz mengangkat bahu. "Itu mudah."
April tak terima, mulai menyilangkan ke dua tangannya. Menatap Diaz dengan tatapan menyelidik. Tidak masuk akal. Jelas sekali April tahu, tidak mudah untuk menerobos rumah Fernando. Pengawal ada dimana-mana. Kamera pengintai terpasang di setiap sudut ruangan. Mustahil sekali.
"Jangan menatapku seperti itu." Kali ini Diaz yang ikut-ikutan tak terima. Memutar bola matanya malas. Lantas tertawa kecil. Lucu melihat April yang mulai mendengus jengkel. "Ini mudah sekali. Kau hanya perlu bergerak perlahan. Menyelundup seperti ninja di film-film."
Kali ini April yang memutar bola matanya malas. Sepersekian detik selanjutnya melompat. Ingat sesuatu.
"Kita harus waspada!" April berlari ke arah pintu kamar. Menempelkan telinga, mulai berhitung, mencuri dengar. Memastikan sesuatu di luar kamarnya. Kemudian memutar kunci.
Diaz hanya diam. Mengamati tingkah laku April yang menggemaskan.
"Sekarang kita aman." April mengelus dadanya perlahan. "Tunggu, kau belum menjawab pertanyaanku." April berkata galak, ke dua tangannya diletakan di pinggang, matanya besarnya dibuat semenakutkan mungkin. Berusaha mengintimidasi.
Bukannya takut atau terintimidasi, Diaz malah tertawa.
"Eh..."
"Kau lucu sekali." Diaz menggantung kalimatnya,"Kau- Ya Ampun."
"Aku bukan sedang melawak. Aku sedang mengintimidasimu." April tak terima, kali ini suaranya dibuat semenakutkan mungkin. "Aku-"
"Sssstttt...." Diaz menempelkan satu jarinya di bibir.
***
Diaz menatap Fernando yang tersenyum miring di depannya. Semua pasukan Fernando siaga di tempat. Mengacungkan senjatanya. Empat-Lima Orang telah menarik pelatuknya. Sisanya, waspada. Siap sekali menerima perintah untuk menumbangkan si belut licin.
Marvin terpaku di tempat, tidak berkutik. Ini jelas situasi darurat. Terkepung kawanan mafia internasional dengan senjata mengancung dari berbagai sudut.
"Tetap waspada." Diaz berbisik pelan. Marvin mengangguk pelan.
Ini jelas situasi yang tidak menguntungkan bagi Diaz, pertama karena dirinya sudah terkepung dengan moncong senjata di segala sisi. Dan ke dua, ada Marvin disampingnya. Situasi akan berbeda jika di situasi seperti ini, hanya ada dirinya.
Diaz harus memprioritaskan keselamatan Marvin dibandingkan dengan dirinya.
Jangan panggil Diaz si belut licin jika dia tidak bisa meloloskan diri. Ini terlalu mudah. Tapi sayangnya, situasinya berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING
RomanceMarvin tidak menyerah untuk mencari adiknya yang hilang pada saat musibah gempa besar yang terjadi di Rio de Janairo, Brazil 15 tahun lalu. Sampai pada akhirnya dia nyaris menyerah sebelum akhirnya menemukan iklan audisi pemain film di internet. Seb...