The Little Reunion

7K 636 82
                                    

Hei... Sorry nih baru bisa post. Duniaku seminggu ini telah menyitaku, dari acara satu ke acara lainnya. Sok sibuk lu grand. haha, sorry ya

Part ini tanpa proses editing dari my expert beta reader yang ga mau di panggil namanya karena dia sibuk galauin jadwal sidang yang belum muncul. Yuk doain berjmaah biar sidangnya kelar dengan nilai sempurna. Amien, biar bisa bantu -bantu lagi dalam soal ide. Hehe

Ditunggu respon dan Votenya kalo suka

Enjoy it.


***The Little Reunion***

Damien dan marvin diam di kamar, keduanya membisu, kejadian setelah gempa tadi siang membuat atmosfer canggung membungkus kamar mereka. Sejak kejadian tadi, Damien sekarang lebih lembut, tidak sarkas, dan lebih terbuka. Masih canggung memang, tapi itu lebih baik, setidaknya Damien sudah menganggap dirinya bukan pembuat masalah.

Damien melirik Marvin lamat-lamat, mengabaikan game di ponselnya. Marvin masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Damien penasaran, apa yang sedang ia lakukan? Menulis cerita konyol di blognya? Hahaha, pasti seperti itu.

"Jangan tersenyum seperti Marry, Damien." Marvin angkat suara, alisnya naik setengah, mengamati pria yang terduduk di kasur dengan ponsel di tangannya.

"A-apa? "

"Sudahlah lupakan." Marvin berkata cepat, mengabaikan Damien dan ekspresi tertangkap basahnya, kembali sibuk dengan laptopnya. Marvin harus menuangkan semua ide di kepalanya, sebelum menguap.

"Sial." Damien bergumam pelan, mengutuki bagaimana cara Marvin mengabaikannya. Kemudian kembali bermain dengan ponselnya. Masuk, log in dan memulai merampok rumah orang.

"Ah, Sial. Kenapa ada bom disana. Astaga, semua wizardku mati." Damien mengumpat, sepersekian detik selanjutnya melemparkan ponselnya ke ujung kasur. Menggeram tak terima.

Marvin hendak protes karena Damien mengganggu konsentrasinya menulis. Kemudian mengurungkan niatnya, setelah Marvin menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Merancau tidak jelas -yang justru akan membakar ide cemerlang yang sedang hinggap di kepala Marvin.

"Sial. Kenapa si sialan itu memasang bom di sana!" Damien mulai, lagi.

Marvin memilih diam. Merapalkan mantra 'abaikan Damien'

"Lihat saja, aku akan membalasnya nanti!"

Marvin masih diam, kembali membaca mantra dalam hati.

"Son Of Bitch!" Damien kembali mengumpat, menyisir rambutnya dengan jari. Kemudian bangkit dalam satu gerakan, mengamati Marvin yang masih sibuk dengan duniannya, sebelum akhirnya melompat dari kasur seperti anak kecil. Bergerak menuju dapur.

Damien butuh air, marah-marah membuatnya haus.

Si aktor kelas kakap itu bertingkah kekanak-kanakan, nyaris membuat Marvin terbahak di tempat sebelum akhirnya Marvin ingat pepatah 'Jangan menggangu anjing yang sedang bahagia jika tidak ingin di gigit'.

Damien membuka kulkas, mengambil sembarang minuman kaleng, matanya tidak lepas dari Marvin dan rasa penasarannya. Apa yang dilakukan pria menyebalkan itu.

Damien masih mengamati Marvin lamat-lamat, membuka kaleng, meneguk isinya. Kemudian mengumpat ketika Damien merasakan rasa pahit di lidahnya. Itu Beer. Minuman yang di hindari Damien.

"Fuck! Siapa yang meletakan beer di kulkas!" Damien mengumpat, melirik Marvin curiga.

"Bukan aku." Marvin berkata cepat. Mengangkat bahunya tak peduli. Jelas sekali itu bukan ulahnya.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang