The Casquinhi De Siri

6.3K 598 69
                                    

Heiii. Akhirnya aku kembali lagi, sorry ya sudah membuat kalian menunggu lama.

Ada kabar baik, jika si mamak bon cabe sudah lulus dengan nilai yang memuaskan. Ayo tepuk tangan rame-rame.

Saya sangat berterima kasih untuk para pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk membca ceritaku yang tidak seberapa ini.

Terima kasih untuk para readers yang sudah menyempatkan mengaktifkan paket data hanya untuk memberi vote, itu sangat menghargai kerja kerasku dalam menulis diwaktu yang mepet-mepet. Saya sangat senang membaca komentar kalian. Thanks.

Semoga kalian suka part bagian ini. Enjoy it.

***The Casquinhi De Siri***

Bau khas Casquinhi de siri tercium, mengudara, membuat sepasang mata menatap ke sumber-nya. Beberapa pelayan berjalan, tersenyum ramah dengan nampan berisi makanan khas Brazil yang masih mengepulkan asap.

Pelayan dengan elegan, meletakan main dish ke atas meja. Kembali tersenyum, lalu balik kanan, mengambilkan pesanan lain untuk pengujung lain.

Damien masih sibuk memperhatikan Ricky, mata birunya berbinar. Dia masih tidak mempercayai akan bertemu dengan sahabat kecilnya –malaikat penolong yang telah menyelamatkannya. Calvin dan Marvin sibuk berbincang, membahas syuting esok hari.

Di seberang kursi, Gleen menatap Marvin tak suka. Dia jelas sekali benci dengan Marvin –tamu yang tak diundang. Kenapa Calvin mengundang pria ini –menghancurkan mood makannya saja.

"Berhenti melihatnya seperti itu." Ricky menyikut Gleen, membuatnya mengaduh tertahan. Gleen melirik Ricky, kemudian mengangguk kecil, memilih menatap piring yang ada di hadapannya yang tidak menggugah seleranya.

"Siapa yang memesan makanan ini?" Damien bersuara, menatap seluruh penghuni meja satu persatu.

"Ricky –Hmm, maksudku Diaz yang memesannya. Memangnya kenapa?" Calvin melipat dahinya, sementara matanya menyipit, curiga.

"Jangan melihatku seperti itu, kau menakuti Marvin yang ada di sampingmu." Calvin otomatis melirik Marvin yang sibuk mengamati Ricky yang tersenyum di seberang meja.

Marvin masih penasaran dengan Ricky a.k.a Diaz yang katanya pernah menolong Damien sewaktu gempa 15 tahun silam. Rasa-rasanya Marvin melihat sosok adiknya di sana.

Marvin menggeleng kuat-kuat. "Tidak, bagaimana mungkin...."

"Kau akan membunuh seluruh ayam di dunia, Marvin." Damien menyikut, membuat Marvin kembali ke bumi.

Ricky memutar kepala, menatap Damien lamat-lamat. Tidak salah lagi, Damien tahu sesuatu tentang saudaranya. Tidak ada yang tahu jargon itu selain keluarganya.

Damien menghela nafas, "Kenapa kau melihatku seperti itu Diaz, ayo makan. Bukankah ini makanan favouritemu?" Damien, menyendok Casquinhi de siri, memasukannya ke mulut.

Semua mata tertuju pada Damien, pria besar ini sedari tadi tidak berhenti mengoceh, Damien seperti burung beo saja.

Damien mengangkat kepala, menatap Ricky heran. " Ayo makan! Jangan bilang kau tidak ingat jika kau selalu meminta ibu panti untuk memasukan makanan ini ke menu makan siang? Kau tidak ingat?"

Ricky membeku di tempat, menatap Casquinhi de siri.

Calvin melotot di kursinya, menyuruh Damien diam dengan matanya. Marvin mengabaikan Damien, sibuk menyendok makanan, sesekali mencuri pandang ke arah Ricky, rupanya Marvin masih penasaran. Sedangkan Gleen menatap saudaranya, khawatir.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang