The Earthquake

7.2K 687 77
                                    

Horee, akhirnya saya bisa update, lagi. Ya walaupun agak lama, maafkan aku kawan.

Part ini aku dedikasikan untuk seluruh pembaca yang meluangkan waktu untuk membaca missing dan kasih vote untuk part-part sebelumnya. Ah, saya suka dengan komentar-komentar kalian semua. Bikin mood booster naik lagi.

Terima kasih untuk Mama Bon Cabe yang udah khilaf sejenak untuk merevisi cerita saya, diantara jadwal galaunya tentang sidang. Yuk berjamaah doakan dia sidangnya lancar. Amin.
Minta doanya juga ya biar saya lulus test kerja hihi. makasih sebelumnya.

Jangan tanya soal si papa bon cabe, dia menghilang seperti debu.

Ditunggu Respon kaliannya. Vote kalo kalian suka :D

Enjoy it...


***The Earthquake"

"Selamat atas pertunanganmu." Matt mengulurkan tangan, senyum mengembang di wajahnya.

Francis menatap Matt tak percaya, bagaimana mungkin Matt -pacarnya dengan mudah memberikan selamat untuk dirinya.

"Baiklah." Matt menurunkan tangannya, memutar badan, mengamati betapa kokohnya patung besar yang menghadap lautan Rio.

"Matt..." Francis mendekat, berusaha mengalungkan tangannya di bahu Matt, namun pria itu bergeser menghindari.

"Matt..." Francis berkata lirih. Matanya tampak pilu.

"Tidak apa-apa Fran. Aku mengerti." Matt angkat suara, tangannya mengenggam erat palang besi, menundukan kepala, menatap datar jurang yang ada di bawahnya.

"Kau tidak mengerti Matt, kau-"

"Tidak Fran." Matt memutar kepala, mengamati bagaimana Francis menatapnya dengan mata biru indahnya. "Aku mengerti. Aku sudah tahu suatu hari nanti kita pasti akan berpisah, sejak aku menerima cintamu Fran." Mata Matt mulai berkaca-kaca, siap menjatuhkan air bening kapan saja.

"Aku mencintaimu." Francis mendekat. Meraih tangan Matt, tapi sayang, Matt menepisnya dengan gerakan cepat. Matt kembali bergerak, bergeser kembali, menjauh dari Francis.

"Aku tahu Fran, tapi kita tidak mungkin bersama. Lagipula minggu depan kau akan bertunangan dengan wanita itu. Pilihan orangtuamu, bukan?"

"Aku mencintaimu." Fran berkata lirih, matanya sudah berair. "Kau tahu jika aku benar-benar mencintaimu." Fran berkata pelan, memandangi Matt yang masih enggan untuk melihat ke arahnya.

"Yeah. Aku tahu." Suara Matt terdengar memilukan.

"Jika kau tahu kenapa kau-"

"Maafkan aku. Aku tidak bisa kembali padamu. Lebih baik kau mengikuti apa kemauan orangtuamu. Aku sudah siap untuk-" Fran bergerak, menghentikan kalimat Matt dengan pelukan.

Matt diam di tempat, merasakan betapa hangatnya tubuh Fran –pria yang ia cintai sampai mati. Kemudian berusaha melepaskan diri pada saat Matt tahu apa yang dilakukannya salah.

Namun ia tak kuasa, Fran memeluknya erat. Seakan dia tidak ingin melepaskannya.

"Fran...."

"Tidak." Fran menggeleng,"Biarkan aku memelukmu seperti ini."

"Fran...."

"CUT!!!"

Dengan gerakan cepat Damien mendorong Marvin yang ada dalam pelukannya, membuat Marvin terjerambab, nyaris jatuh jika dia tidak sigap berpegangan pada palang besi di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan, hah?" Marvin menggeram, melayangkan tinju ke udara. Damien menatap Marvin penuh benci, dia masih tidak bisa melupakan apa yang terjadi di restoran kemarin malam.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang