Chapter 6: The Power of the Reaper (1)

421 12 0
                                    

>>Eps. Lalu...

Ternyata, yang Angelo maksud pas waktu aku di kantin itu Tony? Baru tahu aku. Angelo nampak sangat berbeda dengan Tony. Angelo rambutnya pirang, dia tidak dingin seperti Tony, dan dia benar-benar santai menghadapi Tony... dan juga dia juga ceria. Pantas mereka nampaknya akrab.

Tapi, apa Angelo tahu kemampuan pedangnya Tony ya? Tony bilang hanya beberapa orang yang tahu kemampuannya, tapi Angelo tahu tidak ya...? Aku penasaran, apalagi bagaimana reaksinya Angelo ya kalau tahu aku ini bukan manusia? Aku sih berharap dia tidak kaget melihatku suatu saat nanti.
.
.
.
.
.

<<narasi Tony>>

"Jadi, biar aku beritahu, kalau sejak kemarin, sebenarnya Anabeth sudah tinggal di rumahku."

"Yang benar? Kamu ngga pernah ajak temen ke rumah, apalagi disuruh tinggal loh. Kamu beneran ga bercanda, kan?"

"Yakin. Dia kan tinggal di tong sampah pas waktu itu. -_- "

"*tersedu* akhirnya kamu gak an-sos, hiks... aku terhura (?) Padamu... tapi, cantik-cantik tinggalnya di tong sampah... kasian juga sih... cuman, ya sorry, aku masih kaget ama tindakan kamu, Tony."

"Angelo, tolong jangan kasih tau sama anak-anak lain di sekolah ya soal ini. Please?"

"Okhay :v siap dong, apa sih yang ngga buat Tony hahahahahah!"

"....."

"Ah, sudah malam. Mendingan aku pulang dulu. Bye!"

"Hati-hati."

Hanya itu yang akan aku beritahu tentang Anabeth ke Angelo. Aku tidak bisa memberitahukannya kalau Anabeth bukanlah manusia, melainkan.... semacam monster.

Angelo memang sepupu sekaligus temanku yang bisa dipercaya untuk bekerja sama. Hampir setiap weekend dia menginap di rumahku. Kita sering sharing tentang kehidupan kita, juga melakukan beberapa kegiatan bersama. Memang, tahun ini kami berbeda kelas. Kelas 7 aku sekelas, kelas 8 tidak. Kelas 9 ini juga tidak.

Dia pribadi yang benar-benar bebas, tidak sepertiku yang tertutup. Dia selalu ceria dan semangat menjalani hari-harinya.

"Tony!! Aku laparrr!!!"

Anabeth memanggilku. Aku harus mencari tokek... lagi. Untung Angelo sudah pulang, kalau tidak, dia pasti bakal banyak tanya. 'Kenapa nangkep tokek?' Itu yang pasti dia katakan pertama kalinya kalau dia belum pulang. Aku ganti baju, lalu menuju taman belakang. Aku harap sih masih ada tokek malam ini.
.
.
.
.
.
Alamak... sudah 1 jam aku mencari tokek dan aku tidak menemukannya sama sekali. Apa yang harus aku katakan kepada Anabeth? Aku memutuskan masuk ke dalam rumah dengan tangan hampa. Ketika aku masuk ke dalam rumah...

"AKU LAPAARRRR!!! DX"

Astaga!!! Betapa terkejutnya aku ketika dia sudah berdiri di langit-langit rumah! Rambutnya yang panjang dan pirang begitu saja menggantung seperti akar gantung... dia melompat turun dari langit-langit rumah ke hadapanku!

"Kau kemana saja tadi? Aku laper tau ga?"

"Cari tokek ga gampang, ya! Aku udah keliling taman selama 1 jam, tau!"

"Huft! Kalau tidak aku acak-acak dapurmu lagi kayak kemarin!"

"Sana cari tokeknya sendiri. Aku capek!"

Dasar tukang suruh! Monster ya monster, tapi banyak maunya! Anabeth keluar ke taman sambil mehentakkan kaki karena sepertinya dia kesal. Dia mau juga mencari-cari tokek. Aku sih hanya duduk diam melihat tingkahnya.
.
.
.
"Tony, aku dapat benda aneh yang bunyinya 'krik krik', terus benda berlendir dan bercangkang, dan beberapa tokek!"

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang