Chapter 9: Dandelions, Seeds of Wishes

311 11 0
                                    

>>Eps. Lalu...

"Guys, maafin aku, ya kalo dari tadi aku udah nyusahin kalian."

Aku tertunduk malu sambil sedikit memainkan jariku. Oh, Sandra dan Fay menghampiriku lalu memelukku dengan erat.

"Gapapa, kamu baru ini toh di sekolah? Hehehe!"

"Semangat~ kita maafin kamu kok. Justru kami yang mustinya minta maaf. Maafin kami juga ya?"

Semua murid tersenyum, lalu satu-persatu mereka mulai menghampiriku dan ikut memelukku serta meminta maaf kepadaku. Guruku nampak bingung, tapi tak apa, dia tersenyum dan meninggalkan ruang kelas. Kalau Tony? Dia berdiri di pojokan, melihatku, dan dia tersenyum kecil ke arahku. Aku mengalihkan pandanganku darinya sambil tersenyum malu karena senyum manisnya. Guys, aku sayang kalian semua! :)
.
.
.
.
.
Seminggu lebih telah berlalu, aku lalui bersama para manusia, mau yang menyenangkan, menyebalkan, semuanya aku rasakan. Aku semakin dekat dengan Tony. Dia tidak seburuk yang aku bayangkan di awal pertemuan kita... karena tabrakan kita waktu itu, hahahahah!

Ya, walau memang tetap kadang menyebalkan, aku mulai terbiasa dengannya sehari-hari. Aku bahkan belajar banyak hal baru dengannya, seperti cara menggunakan telepon, drive-thru, laundry, pasar, gudang, dan lain-lain, bahkan dia membelikanku benda yang namanya HP. Dia benar-benar melarangku keras supaya aku tidak memakan HP pemberiannya.

O ya, terasa kalau Tony sedikit lebih ramah daripada saat pertama kali kami bertemu. Dia sudah banyak membantu, bahkan dari ancaman besar pas waktu itu. Dia spesial, ditambah dengan kekuatannya, dia serba-serbi pokoknya! Sulit bagiku untuk mendeskripsikan dirinya!

Tapi, apa yang aku bingung darinya, yaitu dia begitu dingin dan sendiri, jauh dari pergaulan di sekolah, alias keliatannya anti-sosial. Apa karena dia sendiri terus di rumah? Bukannya justru dia... ah lupakan. Aku heran mengapa.

Berhubung sekarang sedang akhir pekan, hari ini dia mengajakku membereskan taman rumah. Tony memang suka dengan kerapihan, makanya dia suka mengomel soal kamarku yang katanya berantakan. Huh, menurutku itu rapih!

"Kamu sapu rumput kering yang ada, aku bakalan rapihin pohon, gimana?"

"Eum.... aku pengen rapihin pohon... -3-" "

"Emangnya bisa?"

Cringgggg!
Aku mengeluarkan cakarku, aku tunjukkan kepadanya!

"Terserah. Aku bakal rapihin rumput dulu."

Tony mengambil benda aneh dari gudang penyimpanan barangnya. Dia menarik seperti tali di benda tersebut berkali-kali, sampai....

Rengggggggggg!!!
Iiik! Ternyata itu mesin! Tapi mesin apa?!

" *tengok Anabeth* ini mesin pemotong rumput, jadi ga usah susah-susah lagi potong rumput pake gunting rumput."

"Oooooohhhh..."

"Aku mau ke dalem rumah sebentar, mau minum dulu."

Hmmm... aku menormalkan cakarku lagi. Aku penasaran dengan mesin pemotong rumput ini, aku angkat, lalu coba menggunakannya untuk memotong daun di pohon! Mesin ini boleh juga. Tapi, e...eh!

"Aduh, rambutku tersangkut! Aaaa!"

Sreeeeetttt!!

Tony muncul, berlari kearahku, lalu dia memotong rambutku.... rambutku dengan pedangnya!! TIDAAAAAKKKKK!!!

"Tony!!! Rambutku!!! (QAQ )"

"Salah sendiri sih, masa mesin pemotong rumput buat motong daun pohon?"

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang