Chapter 10: Act Like a Human, Anabeth! (1)

277 10 0
                                    

>>Eps. Lalu...

Aku diam bukan karena tidak mau menjawab, tapi sedang memutar otak! Angelo memang hampir setiap Sabtu sama liburan, dia menginap di rumahku. Sejak ada Anabeth, semua sudah berubah. Angelo tidak.... maksudku belum boleh tahu kalau Anabeth itu bukan manusia! Aku melihat ke atas, melihat Anabeth yang mulai bercucuran keringat. Astaga, aku harus bersiasat nih.
.
.
.
.
.
<<narasi Tony>>

Cih. Risottoku gosong karena aku lupa mematikan apinya, jadinya, aku dan Angelo memutuskan untuk memesan makanan.
Angelo sih, dia memang orangnya kadang sulit ditebak untuk hal perencanaan. Kaya gini nih jadinya.

"Tony, jangan masak lagi dulu. Kita sekarang pesen apa, ya?"

"Iya-iya. Bentar, aku lagi nyari pamflet-pamflet restoran dulu. Di mana ya?"

Aku mencari di laci-laci di sekitar rumah. Aku kurang fokus mencari karena aku terus terpikir soal Anabeth. Aku terus berharap agar tidak terjadi apa-apa dengannya.

Akhirnya aku menemukannya. Aku memang mengumpulkan banyak pamflet di rumah. Ada saatnya aku bosan dengan masakanku sendiri, jadinya aku terkadang delivery makanan.

"Nah. Liat-liat aja dulu, ntar kamu dulu ya yang bayar. Biasa, aku kan ga biasa punya duit cash."

"Gapapa, sok. Aku aja yang bayarin hehehe~ hmmmmm... kita pesen Bakmi Gajah Murka (?) aja gimana?"

"Ah, bosen, masa Bakmi GM melulu. Gimana kalo pesen ini nih, Pizza Hot(?) Pesan-antar?"

"Oh, PHP (?)? Ya udah, kayanya boleh tuh. Siapa mau telepon?"

"Aku aja. Kamu entar tinggal urusan bayar-bayarnya aja."

"Siap."

" *Angkat telepon, nyambungin telepon*
#tuuuutt# #tuuuutt# #tuuuutt#
..... iya, mau delivery ..... sudah ..... baik, 1234 - ××× - ××× ..... iya, benar, mbak ..... tunggu sebentar ya. *bisik* eh, mau pesen apa nih?"

"Gimana kalo paket rame-rame aja? 3 pizza large, 2 side-dish, 1 snack sama 1 botol minuman 3 liter? Sekalian supaya Anabeth ikutan makan ^^ ."

"....."

Gawat, kalau dia mau pesan paket itu, Anabeth mau tidak mau harus ikut makan. Bagaimana lagi, biar terlihat normal bagi Angelo, terpaksa aku mengiyakan dia.

".... boleh. *lanjut menelepon* "
.
.
.

<<narasi Anabeth>>

GROOOOOOOOOOOOOOO~~~

Perutku terus berbunyi. Aku berusaha menahan lapar sambil menghabiskan sedikit demi sedikit sisa-sisa kepingan kaca yang baru sedikit aku makan. Andai saja Angelo tidak datang, aku mungkin bisa menghabiskan 2 papan kaca yang tadi Tony beli. Aku masih lapaaar~ (TwT)

Tok! Tok! Tok!

"Iya, masuk!"

"Anabeth, ini aku. Kita dalam masalah besar. *menutup pintu kamar* "

"Emangnya kenapa?"

"Angelo memesan pizza."

"Memang pizza itu apa ya? Terus apa masalahnya?"

"Makanan manusia. Dan kau terpaksa ikut makan, soalnya kami ga mungkin habisin pizzanya berdua karena porsinya tergolong banyak untuk ukuran kami berdua."

"A..apa?! #glek# "

"Tapi itu masih masalah sampingan. Seperti yang kamu tadi dengar..."

"Beneran?!"

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang