Chapter 29: Nyan

138 3 0
                                    

>>Eps. Lalu...
Tony orangnya rumit juga, termasuk keluarganya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah seperti itu. Berharap saja bila aku bertemu dengan keluarga besar Tony, mereka bisa menerimaku dengan baik di sana.
.
.
.
.
.
Tringggggg!!!

Bel sekolah berbunyi, tanda selesai sekolah... tunggu, aku masih harus tambahan pelajaran -_- . Sepintar-pintarnya aku dan Tony, kami juga harus mengikuti program tambahan pelajaran ini.
W. A. J. I. B.

Kali ini adalah tambahan matematika, bersama Sir Ramond. Kumisnya yang bagaikan sikat (?) Hampir menutupi mulut di wajahnya yang nampak sudah cukup berumur. Walaupun begitu, dia nampaknya masih segar, benar-benar prima. Di akhir pelajaran tambahan...

"Tuan Anderson, bisakah kau maju ke depan kelas?"

". . . ?"

Nampaknya Tony dipanggil ke depan kelas oleh Sir Ramond. Tony bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke depan kelas seperti permintaan Sir Ramond. Banyak murid yang berbisik-bisik saat dia maju, terutama para murid cewe.

". . . Ada apa, sir?"

<<narasi Tony>>

Aku penasaran apa yang akan Sir Ramond lakukan padaku. Dia menghampiriku.

"Nah, Tony, bisa kau menceritakan pada kami semua bagaimana caramu belajar sehingga nilaimu bisa hampir mencapai nilai sempurna? Mungkin kau bisa membagikannya supaya murid-murid lain... lebih termotivasi untuk mempersiapkan p-test nanti."

Berbagi... cara belajar. Perasaan, aku tidak pernah belajar sekeras murid yang lain, kecuali Anabeth dan Angelo. Haruskah aku jujur? Atau... hashtag munafik (?) Saja ya?

". . ."

"Ayo, Tony! Kita semua mau denger!"

"Iya! Iya! Ayo!"

". . . Tidur dengan cukup."

"Hah?"

"Itu saja?"

"Jaga kesehatan... yang pasti... semangat. Semangat belajar, itu aja."

". . ."

Aku langsung kembali ke tempat duduk dengan ekspresi datar. Sir Ramond dan seluruh murid, termasuk Anabeth hanya bisa diam melihatku yang kembali ke tempat duduk.

". . . ah, baiklah.... Terima kasih, tuan Anderson. *swt* (ini agak awkward..) Jadi, sekian tambahan untuk hari ini. Terima kasih atas perhatian kalian semua, kita bertemu lagi di jadwal yang sudah ditentukan."

"Terima kasih!"
.
.
.
<<narasi Anabeth>>

Akhirnya pulang juga. Huft, kata-kata Tony tadi... sedikit berbau kebohongan. Adanya juga dia hanya santai-santai, belajar pun kalau benar-benar perlu, itu pun hanya beberapa menit, tidak sampai 10 menit -_- .

Tap... tap... tap...
Kami berjalan melewati setiap lorong gang menuju arah pulang.

"Huaaaaaaahhhh... sampai di rumah aku ingin malas-malasan di kasur... pasti enakkkk~"

". . . Aku perlu mempersiapkan makan malam."

DUAGGGGGG!!!
Tiba-tiba terdengar dentuman keras entah dari mana. Kami berdua benar-benar terkejut dan seketika diam di tempat.

"Suara apa itu?!"

"Aku ngga tau... sepertinya datang dari arah sana."

Kami berdua mendekati tempat dimana sumber suara dentuman tersebut terdengar. Walaupun melenceng dari arah jalan pulang, kami tetap penasaran terhadap apa yang tengah terjadi. Betapa terkejutnya kami saat melihat sebuah bak sampah yang penyok, seperti terlempar dengan sampah-sampahnya yang berserakan di sekitarnya.

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang