Chapter 69: Untold Truth

73 3 0
                                    

>>Eps. Lalu...
Aku memukul gelang tersebut hingga bubuk. Sebenarnya cukup disayangkan, cuman aku tidak mau hal yang sama terjadi lagi pada Tony. Tadi itu mengerikan, seperti yang dikatakan oleh Elliot. Kami bertiga bisa saja terluka karena pedangnya meskipun itu bukan kehendak Tony, namun nampaknya itu di luar kendalinya jadi siapa tahu akan terjadi serangan seperti itu?
.
.
.
.
.

Aku telah berhasil menghancurkan gelang tadi. Kini aku memutuskan untuk menemani Tony dan Angelo di kamar. Elliot nampaknya masih sibuk memperbaiki kerusakan yang ada. Tak apa, kini ia menggunakan sihirnya untuk kebaikan, tidak seperti waktu itu.

Klek.

Aku membuka, masuk, lalu menutup pintu kamar Tony secara perlahan. Angelo sedang mengelus betis Tony yang masih belum siuman sambil memijatnya. Wajah Angelo nampak khawatir sambil terus memandang Tony. Aku duduk di kursi belajar milik Tony lalu Angelo menoleh ke arahku.

"Ah, Anabeth."

"Tony... belum sadarkan diri ya..?"

"Belum. Um... kau sudah hancurkan gelang itu?"

"Sudah."

"Hah..."

Angelo menghela napas namun terus memijat-mijat kaki Tony. Sepertinya Angelo masih memikirkan soal kejadian tidak terduga tadi. Terlihat dari mimik wajahnya, masih ada yang menyangkut di dalam kepalanya dan tidak lain itu adalah peristiwa tadi.

"Padahal aku beli gelang itu buat kembar 3, barengan aku sama Elliot."

"Oh? Begitu rupanya..."

"Tapi kok reaksi Tony aneh ya? Apa jangan-jangan..."

"???"

"Ah, ngga-ngga. Bukan. Tapi... ah...." kata Angelo sambil menggeleng.

"Sebenarnya ada apa, Angelo?"

Sebelum Angelo mau menjawab, Tony mulai menunjukkan tanda-tanda dirinya tersadar. Melihatnya mulai membuka mata, Angelo berlari ke luar kamar dan segera kembali dengan membawa segelas air putih.

"Ugh..."

"Tony!"

"Akhirnya kau tersadar! Syukurlah. Ini, minum segelas air putih."

Tanpa menjawab, Tony mengambil gelas berisi air putih tersebut dari tangan Angelo. Dia membangunkan badannya sendiri sampai bersandar di kasurnya lalu meminum air tersebut sampai habis.

". . . Tadi aku kenapa?"

"Ah, tadi itu me--"

"Kamu tadi pingsan. Kamu abis kepentok tembok!" Kata Angelo sambil menyekap mulutku tiba-tiba.

"!?"

"Hah? Serius?"

"Iya!"

". . . Kok ngga sakit ya?"

"Ah, itu... kamu udah ngga tersadar 1 jam lebih, sakitnya sepertinya udah mereda."

". . . Bisa jadi. Eh, mana Elliot?"

"Kau mencariku?"

Klek.

Elliot membuka lalu masuk ke kamar Tony. Kami bertiga langsung bereaksi dengan menengok ke arahnya. Elliot menyeka keringat di dahinya dan berjalan ke arah kami dengan santai. Kuharap dia masuk kemari karena sudah selesai membereskan ruang tengah.

"Whew... akhirnya kau sadar juga."

". . ."

"Apa?"

Black HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang