Ken, halo, ini papa," suara Reynal terasa lebih keras dan mendesak dari ujung sana. Ken terpaksa menjauhkan ponselnya dari telinga sebelum menjawab.
"Oui, aku tahu ini papa, memangnya aku anak kurang ajar yang tidak menyimpan nomor ayahnya?"
"Baguslah kalau begitu. Dengar, papa sedang ada di luar sekarang.."
Ken terlonjak dan bangkit dari kursinya. "Papa tidak di Twinkle Night?" Ini sangat aneh karena ayahnya meninggalkan Twinkle Night. Bukan seperti ayahnya.
"Yap, sudah hampir jam makan siang, jadi papa keluar," lanjut Reynal. "Dengar Ken, ayo makan siang bersama. Papa yang traktir."
Ken mencibir. "Tumben,"
Reynal sepertinya tidak mendengar sindiran Ken dan hanya melanjutkan, "Kita ketemu di Capital Building, papa menunggumu di restauran Soho. Jangan datang terlalu lama, oke? Sampai jumpa."
Begitu saja. Reynal langsung memutuskan sambungannya. Terkadang ken tidak bisa memahami ayahnya ini.
"CEO sedang tidak di tempat?" suara Leo mengejutkan Ken. Ken sampai lupa kalau Leo ada di ruangannya, duduk sambil membawa clip board.
"Sayangnya, tidak," sahut Ken. "Aku akan keluar makan siang, ayahku menunggu di luar."
"Tapi, kita sedang membahas persiapan untuk survei," keluh Leo. "Ingat, waktunya tinggal tiga hari lagi."
"Yah, kita bicara setelah aku pulang. Kau tahu bagaimana pemaksanya CEO, kan?" Ken menepuk bahu Leo dan berjalan keluar, meninggalkan Leo yang langsung setres berat.
***
Ken melihat ayahnya berdiri di depan pintu masuk Capital Building ketika dia baru saja memarkirkan mobilnya. Dasar. Tadinya mereka berjanji akan bertemu di Soho, tapi ayahnya malah nangkring di depan pintu masuk. Ini juga bukan seperti ayahnya.
"Astaga Ken, apa kau baru saja membawa sebuah truk berisi gelondongan kayu?" dengus ayahnya begitu Ken tiba di dekatnya. "Jalanmu lambat sekali."
"Maaf, Papa. Aku tidak tahu kalau Alfard bisa nerobos jalanan macet," balas Ken.
Reynal mengangkat tangannya. "Terserah, terserah." Kemudian dengan secepat kilat dia menyambar lengan Ken dan menggandengnya masuk ke dalam. Sudah cukup satu harian ini Ken dibuat bingung oleh ayahnya. Apa yang sedang direncanakannya?
"Papa, kau bertingkah aneh hari ini. Apa yang papa sembunyikan?" tanya Ken langsung. Reynal tidak menjawab apa-apa sampai mereka tiba di lift.
"Itu.. hari ini, kita akan makan dengan temanku itu dan puterinya yang akan kau nikahi."
Ken mengusap-usap dahinya frustasi. Jadi masih tentang ini. "Oke, sebelumnya papa, aku tidak tahu kalau aku akan menikahinya. Dan juga, aku tidak pernah bilang kalau aku setuju menikahinya atau bertemu dengannya."
"Oh, dia dengan baik hati mau menerima undangan makan siangku," ujar Reynal tak peduli. "Dan kuingatkan padamu, jangan bertingkah aneh-aneh."
"Bukan aku yang aneh di sini," gerutu Ken.
Lift berhenti dan Reynal setengah menyeret Ken keluar lift menuju Soho. Dengan berat hati, Ken mengikuti ayahnya itu.
Reynal membawa Ken ke sebuah meja di sudut ruangan. Restauran ini bernuansa gelap karena lampu-lampunya yang diset redup. Meja-mejanya terbuat dari kayu, dan dari tempat Ken berdri dia bisa melihat bar lengkap dengan bir-bir yang disusun rapih.
"Nah, ini dia teman papa."
Dan walaupun ruangan ini gelap, Ken bisa melihat jelas orang yang dimaksud Reynal temannya itu. Dan Reynal tidak membual dibagian itu. Ken tahu betul pria paruh baya itu adalah teman baik ayahnya. Pria paruh baya dengan wajah jepang yang khas, serta rambut uban yang menempel dikepalanya yang hampir botak, dan kacamata bulatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomanceTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)