Keputusan Amel sudah bulat. Dia harus memberitahu Mei apa yang sebenarnya.
Malam itu, Mei sedang duduk di ruang keluarga, sendirian, ketika Amel menghampirinya. Tadi sebelum msuk, Yumei menggelayuti lengannya, menawarkan diri pergi bersama-sama ke ruang keluarga. Amel melarangnya. Dia tidak ingin Yumei mengetahui kebenaran ini. Yumei masih terlalu muda, dan Amel tidak ingin Yumei berpikir macam-macam soal cinta.
Benar. Cinta itu seharusnya indah. Dan Amel ingin Yumei merasakan cinta yang indah, bukan seperti dirinya.
"Selamat malam, Tante," sapa Amel, ketika di ruangan itu tinggal mereka berdua.
Malam itu, Mei sedang membaca katalog kosmetik bulan ini, dengan tubuh tegak dan kaki lurus. Dia mendongak dari katalognya dan tersenyum kecil melihat Amel. "Ada apa, Mel?"
Amel duduk dihadapannya, menunduk dalam-dalam, berdoa dalam hatinya semoga malam ini berlalu singkat, kemudian membuka mulut.
"Ada yang harus kukatakan pada Tante."
Mei menaikkan alisnya. "Soal apa?"
"Soal Ken dan saya. Sebenarnya..."
"Hentikan," potong Mei mendadak. Amel terlonjak ketika mendengar nada mendesak Mei. "Aku sudah tahu semuanya. Kumohon jangan dilanjutkan."
Amel mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia tidak menyangka beginilah respon Mei. Sambil memelintir jemarinya, dia bertanya, "Darimana.. Anda bisa tahu?"
"Aku mendengar percakapan kalian malam itu di rumah sakit," jawab Mei, lugas dan singkat.
Amel ternganga tak percaya. Mei di rumah sakit kalau begitu? Sial, bodohnya Amel tidak menyadarinya. Reynal juga ada di rumah sakit malam itu, sudah pasti Mei juga di sana. Amel memberanikan diri mendongak, melihat wajah Mei. Wajah Mei cukup tenang, hanya tidak ada garis-garis ramah lagi. Bibirnya menipis.
"Aku ingin tahu. Apa Ken yang memaksamu melakukannya?"
Amel gelagapan. "Bukan seperti itu..kami.."
"Jangan bohong," tukas Mei tajam. Amel tahu dia sedang marah besar. "Aku tahu Ken yang memaksanya. Seharusnya dia dijodohkan dengan Hera, dan kupikir itu tak masalah karena dia memang menyukai Hera. Aku sangat terkejut mendengar dia sudah bertunangan, tapi aku tidak mempermasalahkannya karena kau orang baik. Aku tak menyangka semuanya seperti ini."
"Bukan begitu.."
"Tega sekali kalian membohongi kami semua," Mei menggeleng. "Nenek sangat menyukaimu, dan aku yakin Reynal juga. Yumei sudah menganggapmu sebagai kakaknya, dan aku menganggapmu seperti anakku!"
"Maafkan saya," Amel benar-benar menyesal. Dia tidak pernah membyangkan akan seperti ini.
"Apa gunanya kau minta maaf?" bentak Mei. "Kenapa kau tidak berpikir dulu sebelum membantu Ken? Bagaimana harga dirimu sebagai seorang wanita, coba?"
Karena Amel terlalu egois menginginkan resepnya diterbitkan. Amel ingin bilang itu semua bukan salah Ken, tapi dia takut Mei akan berpikiran buruk soal Ken dan menyalahkan Ken lebih.
"Saya betul-betul menyesal," ungkap Amel. "Karena itu, saya berniat jujur dengan kalian."
"Jangan beritahu nenek," larang Mei langsung. "Kalian tidak boleh mengatakannya dari mulut kalian sendiri. Biar aku yang bicara dengannya."
Amel menggeleng, "Tapi, Tante bisa.."
"Kumohon dengarkan," potong Mei lagi. "Pertunangan ini adalah kebahagiaan pertama nenek sejak suaminya meninggal. Jadi kumohon, tahan lidah kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomanceTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)