Beberapa hari ke depannya, Amel mengurung diri di rumahnya, berpikir. Dari certia Ray, Hera mengalami kecelakaan tepat setelah pesta usai. Rupanya Hera depresi berat karena harus bertatapan dengan Olivia, kemudian dia harus menelan kekecewaan mendalam saat Ken mengabaikannya sepanjang pesta dan bernyanyi untuk Amel.
Amel bertanya-tanya, bagaimana Hera bisa tahu Ken menyanyi untuknya. Saat dia menanyakannya, Ray menjawab dengan sangat klise, "Karena Ken tidak pernah bernyanyi di depan orang lain sebelumnya."
Namun setelah mendengar jawaban Ray, Amel tidak merasa senang. Dia semakin merasa bersalah setelah menyadari dia lah, secara tak langsung, penyebab kecelakaan Hera yang sesungguhnya. Betapapun dia sebalnya dengan Hera, Amel tidak pernah ingin membuat Hera terluka seperti itu, baik secara langsung ataupun tidak.
Menyadari kenyataan itu, Amel menghabiskan hari-harinya dengan galau dan perasaan bersalah yang besar. Segalanya kembali pada hari itu, ketika dia menyetujui rencana gila ini dengan Ken. Kalau saja dia menolaknya.. kalau saja dia memilih tidak terlibat..
Beberapa kali Vero mengunjunginya, namun Amel tidak pernah membuka pintu rumahnya. Dia tidak ingin bertemu dengan Vero. Dia tidak ingin bertemu siapa pun saat ini.
Amel baru membuka pintu rumahnya ketika Ray yang berdiri di sana. Dia menyadari kalau dia tidak bisa mengabaikan Ray.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ray saat itu, saat mereka berdua duduk di teras. "Vero sangat khawatir. Katanya kau tidak mau bertemu dia."
"Aku tidak mau bertemu siapa pun," ralat Amel.
Ray nyengir. "Tapi aku di sini, dan kau tidak menghusirku."
"Well," Amel ragu-ragu menjawab. "Kurasa kau orang paling rasional yang bisa kuajak bicara sekarang ini."
"Senang mendengarnya," Ray tersenyum. "Kau tahu, Ken tidak bermaksud begitu. Hera itu.. bagian dari hidup kami. Sudah lama kami berteman, dan tiba-tiba saja baik Ken dan Hera menjadi sangat penting bagiku. Itu juga yang dirasakan Ken. Kau mengerti maksudku?"
Amel mengangguk paham. "Aku mengerti kalau Ken mencemaskan Hera, jadi jangan khawatir," katanya. "Sebenarnya, aku agak iri dengan kalian bertiga. Soalnya aku tidak pernah punya teman seperti kalian."
"Jangan ngomong gitu, kita kan teman," sahut Ray tajam.
"Terima kasih,"
Mereka terdiam sesaat, sebelum Ray bertanya. "Aku tahu ada yang aneh dengan kau dan Ken. Apa kau mau cerita padaku?"
Amel tersenyum miris. "Kami sedang bermain game. Anggap saja game Subway Surfs," jelas Amel setengah menerawang. "Karakter yang kumainkan sedang berlari, berusaha tidak menabrak kereta apinya. Tapi semakin aku hati-hati, semuanya berjalan buruk. Akhirnya karakterku menabrak kereta apinya, dan game over."
Amel yakin penjelasannnya terdengar ngawur, tapi Ray tidak bertanya-tanya dan kelihatan sangat mengerti. Amel beryukur untuk kepintaran dan kepekaan yang dimiliki Ray.
"Tapi kau bisa main lagi, dengan karakter yang sama atau berbeda," sahut Ray. "Mel, semua orang yang main game pasti pernah kalah, tapi belum tentu mereka tidak bisa menang."
Amel tidak tahu apa maksud Ray. Tapi apa pun maksudnya, sekarang Amel sudah membuat keputusannya sendiri.
Dia akan mengakhiri permainan ini. Game over.
***
Jiro dan Reynal sudah tertidur di atas sofa ruang rawat Hera sejak beberapa jam yang lalu, dengan posisi duduk. Ken memutuskan untuk tidak membangunkan mereka, mengingat Jiro menjadi terisak tak terkendali kalau dia melihat puterinya yang belum juga sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomanceTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)