Amel shock berat sewaktu Yumei memberitahunya kalau Ken pergi ke rumah sakit keesokan harinya melalui telepon.
"Ken baik-baik saja, kan?" tanya Amel panik.
"Tenang, bukan Kak Ken kok yang sakit," jawab Yumei. "Kak Hera mengalami kecelakaan, jadi dia dirawat di rumah sakit sekarang."
Amel tidak percaya apa yang didengarnya, tentu saja. Hera kelihatan baik-baik saja kemarin malam, dan kelihatan luar biasa menawan. Kenapa tiba-tiba jadi begini?
Namun Amel tidak bisa larut berlama-lama dalam masalah Hera. Dia sampai lupa kalau sebenarnya dia memiliki janji dengan Vero hari itu, untuk memberikan review yang sudah dikerjakan Amel kepada Vero. Maka, Amel segera pergi ke tempat yang sudah disepakati mereka.
Amel agak kaget, melihat Ray juga ikut bersama Vero, menunggunya di Fountain. Sore itu Ray kelihatan sedikit pucat dan tidak bergairah sama sekali.
"Abangku ingin mendinginkan pikiran, katanya," jelas Vero begitu Amel duduk. "Menurutnya es krim bisa membantu saat ini.'
Amel tertawa hambar, kemudian menyerahkan lembaran reviewnya kepada Vero. Cukup lama Amel berdia sebelum memutuskan untuk bicara "Aku sudah dengar kabar Hera," kata Amel. "Kalian?"
Kesedihan terpeta jelas di wajah mereka, kemudian mereka mengangguk. "Kata saksi mata, mobil Hera keluar jalur dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata," kara Ray.
"Tuan Jiro bagaimana?" tanya Amel cemas. Seingat Amel, Hera datang bersama ayahnya kemarin.
"Untungnya Paman Jiro tidak ikut mobil Hera," kata Vero. "Dia pulang belakangan, diantar Paman Reynal. Tak bisa kubayangkan reaksi Paman Jiro waktu tahu anak tunggalnya kecelakaan begitu."
"Dia tidak hati-hati," timpal Ray.
"Bagiamana kalau kita menjenguknya sekarang?" usul Vero. "Mumpung kita bertiga, dan rumah sakitnya tidak jauh dari sini."
Amel tidak yakin dia suka ide ini. Pertama, Amel tidak tahu apa Ken masih berada di sana atau tidak, dan yang kedua, Amel tidak yakin dia ingin menemui Hera.
"Kurasa bukan ide yang baik," kata Ray, ada kerlingan aneh di matanya.
"Ayo kita jenguk dia," celetuk Amel tiba-tiba. Dia tidak suka cara Ray memandangnya, dan lagi dia ingin membuktikan kalau dia tidak canggung berada di dekat Hera "Sebaiknya aku beli buah dulu."
***
Amel meragukan keputusannya benar saat dia sampai di rumh sakit.
Seperti bayangan Amel, kondisi Hera benar-benar sangat buruk. Dia terbaring lemah di atas tempat tidur, matanya terpejam rapat, tidak bergetar sedikit pun, serta selang-selang dipasang di mulut dan hidungnya. Amel tidak bisa memastikan apakah dadanya bergerak atau tidak. Dia hanya bisa berharap agar Hera tetap bernapas.
Tapi yang membuat Amel merasa sesak lagi, adalah Ken yang duduk di samping tempat tidur Hera, dengan tangan menggenggamnya dan mata nanar. Secemas itukah Ken dengan kondisi Hera? Dan lagi, Ken tidak memandang Amel, atau menegurnya, atau mengatakan sesuatu padanya. Apa dia menyalahkan Amel untuk semua ini?
Lalu apa artinya ciuman kemarin?
Amel sadar kalau keputusannya menjenguk Hera salah besar.
"Apa dia belum sadar juga?" tanya Ray kemudian, sambil meletakkan keranjang buah di meja, disebelah tempat tidur Hera.
"Belum sedikit pun,"
"Paman Jiro mana?" tanya Ray lagi.
"Dia pulang ke rumah sebentar untuk mandi dan ganti pakaian," jawab Ken pelan, tanpa memandang mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomanceTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)