"Sudah selesai, Bos," lapor Leo kepada Ken beberapa jam kemudian. "Anak-anak sudah memilih. Tinggal kita baca desain siapa yang paling bagus."
"Mudah-mudahan punya Reza," gumam Ken. "Dia desainer yang bagus, hanya saja di sana sini banyak yang menghalangi dia."
"Aku juga setuju," tambah Leo. "Dan dia juga pekerja yang baik. Ngomong-ngomong, souvenir untuk para guru sudah bisa dibagikan sekarang."
"Oke, aku akan menunggu mereka di meja souvenir itu."
Ken beranjak menuju meja tempat pembagian souvenir. Di sana, sudah ada Nila yang membagikan souvenir-souvenir itu kepada anak-anak yang terlihat senang sekali.
"Oh, Halo, Bos," sapa Nila begitu melihat Ken.
"Semua lancar?"
"Ya, anak-anak di sini sangat kreatif dan menyenangkan," tambah Nila. "Bos ngapain di sini?"
"Membagikannya untuk guru-guru," jawab Ken. "Mana yang untuk guru-guru?" Nila menyerahkan bungkusan yang lebih besar sebanyak empat buah kepada Ken, kemudian dia kembali sibuk dengan anak-anak TK itu. Ken mendecak. Nila, memang tipe-tipe seorang ibu.
Leo datang beberapa saat kemudian, dengan keempat guru dibelakangnya. Tiga orang perempuan dan seorang laki-laki
"Ini mereka," kata Leo kepada Ken.
Ken tersenyum asal dan buru-buru mengambil souvenir pertama. "Terima kasih karena sudah datang ke acara ini..." dia menyerahkan souvenir pertama pada guru laki-laki itu kemudian berjabat tangan.
Begitu seterusnya sampai guru yang terakhir. Ken berhenti sejenak dan memperhatikannya. "Seorang guru?" pertanyaan bodoh itu terlontar begitu saja.
Wanita ini jelas masih muda, dan kelihatannya belum menikah. Tubuhnya agak pendek, kecil dan mungil. Kulitnya cokelat muda, serta rambut hitam legam lurus yang tebal sepunggungnya. Matanya besar dan bulat seperti burung hantu. Wanita itu memandang bingung ke arah Ken, kemudian mengangguk. "Ya, saya dari Kasih Bunda."
Ken mengangguk, dan segera menyerahkan souvenir terakhir dan menjabat tangannya.
"Sekali lagi terima kasih karena.."
Ken belum siap menyelesaikan ucapannya karena dia mendengar suara Reynal memanggilnya. Ken berbalik, mencari sumber suara, dan di sana dia melihat ayahnya berjalan dengan cepat menghampirinya.
"Kurasa acaranya sukses!" seru Reynal. "Oh, dan kalian pasti guru-guru dari TK itu, kan? Terima kasih sudah berpartisipasi." Reynal kembali menjabat tangan mereka, kemudian bercakap-cakap dengan para guru itu. Tapi Ken harus menelan kegembiraannya hari ini saat melihat siapa yang datang bersama ayahnya.
"Sugoi, benar-benar keren, nak!" seru Jiro, menjabat tangan Ken dengan cepat.
"Selamat, Ken," tambah Hera.
Dia lagi! Sungguh, kapan Ken akan berhenti berurusan dengannya?
"Hera memaksa untuk datang ke acara ini," ujar Reynal. "Dia sangat perhatian, kan."
Ken membuang pandangannya kemana saja, asal jangn ke arah Hera. Dan saat itu, dia melihat wanita itu. Guru muda dari salah satu TK itu. Dan Ken, tanpa pikir panjang, atau memikirkan konsekuensi sesudahnya, atau fakta bahwa ada guru-guru TK yang lain, Leo dan Nila yang berdiri di sana, dia berkata dengan lantang, "Papa, kau tadi bertanya siapa tunanganku, kan? Baik, dia ada di ruangan ini bersama kita."
Kemudian Ken melangkah ke arah guru muda itu, menarik lengannya dan merangkul bahunya. "Itu adalah dia."
Semua yang di ruangan itu shock berat, terutama Hera dan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomansaTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)