"Tenang saja, Nek. Aku akan mengurus segala keperluan untuk garden party ini!" pekik Yumei gembira. Malam itu, Ken sedang makan malam di rumah keluarganya. Dia mendapat telepon dari ibunya siang tadi, dan Mei memaksa Ken untuk makan bersama mereka. Kata ibunya ada hal penting yang ingin dibicarakan mereka. Ternyata hal penting itu adalah ini; membahas acara garden party. Ken pikir mereka akan membicarakan hal yang 'benar-benar' penting seperti perusahaan atau apa pun itu. Merasa sudah dikadali, maka Ken memutuskan untuk menghabiskan makan malamnya sambil menggerutu hebat.
"Yumei, apa kau benar-benar sanggup untuk melakukannya?" tanya Reynal memastikan, raut wajahnya sedikit cemas. Ken paham kenapa ekspresi ayahnya yang super semangat tadi menghilang dan digantikan dengan ekpresi ini. Yumei itu lumayan ceroboh, soalnya.
"Tenang saja, Papa. Kebetulan, temanku di kampus punya Party Organizer," jawabnya antusias. "Aku akan menghubunginya secepat mungkin."
"Baiklah, baiklah," ujar Reynal akhirnya, pasrah.
"Pesta kali ini untuk apa?" tanya Ken disela-sela makannya.
"Nenekmu ingin kumpul-kumpul dengan teman dan keluarga," Mei menjawab, mewakili Madame L'vory yang duduk dengan tegang sambil menekuri makanannya.
"Maksudnya 'keluarga' apa artinya keluarga besar? Termasuk kerabat yang di Prancis sana?" tanya Ken. Acara ini lumayan ngawur, menurutnya. Belum lagi dia pulih betul dari sakitnya, dan sekarang dia diseret-seret ke sebuah pesta.
"Hanya yang bisa, Ken. Tapi kalau mereka mau datang, itu pilihan mereka," tegas Mei. "Dan siapa saja yang diundang, itu urusan kami. Kau hanya perlu memastikan jadwalmu kosong dan bisa hadir di acara itu."
Itu adalah final dari ibunya. Ken tahu dia tidak bisa membantahnya, jadi dia menaatap ayahnya, meminta pertentangan. Tapi dasar ayahnya yang tidak peka atau apa, dia tidak mengindahkan Ken. Jadi, Ken hanya bisa mendesah pasrah.
***
Beginilah menjadi tunangan Ken, pikir Amel. Lebih banyak menderita dan acara hura-hura. Baru saja beberapa hari selesai acara camping-campingan, sekarang dia dipaksa menghadiri acara Garden Party yang Amel sendiri tidak tahu apa itu. Dari SMA, Amel paling tidak suka pesta dan acara kumpul-kumpul begitu.
Tapi dia tidak bisa menolak kalau Madame L'vory yang memintanya. Nenek itu sangat pemaksa, dan Amel tidak mengerti kenapa dia mau-mau saja menuruti permintaannya. Jadilah, sore itu, dia bersiap pergi ke rumah keluarga Ken.
Amel memandang pantulan dirinya di cermin lagi. Dia tidak tahu seberapa formal atau pentingnya acaar itu, jadi dia memilih pakaian apa pun yang menurutnya cocok. Dress sederhana berwarna hitam selutut tanpa lengan, dengan kerah scoop, serta payet-payet disekitar pinggang dan garis lehernya. Rambutnya digerai seperti biasa, dan make up yang sangat natural. Amel menyambar tas tangan hitamnya, kemudian membuang napas berat.
"Tersenyumlah Amel, tersenyumlah.." hiburnya suram pada dirinya sendiri.
Setelah memakai blazer merah marunnya, Amel segera keluar dari rumahnya dan memutuskan untuk pergi dengan taksi. Tak mungkin dia pergi dengan becak dalam kondisi seperti ini. Apalagi angkot.
Dia kira dia datang terlambat. Ternyata tidak. Pesta belum dimulai, dan Amel setengah yakin kalau dia yang pertama kali sampai. Yumei yang pertama kali menyambutnya di depan pintu rumah itu.
"Hai Kak!" Yumei yang menyapanya lebih dahulu sambil mendaratkan ciuman di pipi kanan dan kirinya. Amel menarik napas lega ketika melihat Yumei dengan balutan dress selutut berwarna lila yang terbuat dari kain ringan. Rambutnya dikepang disepanjang punggungnya dan dia memakai heels silver. Artinya Amel tidak salah kostum!
KAMU SEDANG MEMBACA
Not so Beautiful Game[✔]
RomansaTanpa sengaja, Ken terjebak dalam permainan rumit. (Private)