23

9.1K 659 6
                                    

"Aku bisa jalan sendiri, Ken," gumam Hera. Pagi itu masih terlalu gelap untuk orang-orang melakukan aktifitasnya. Namun Hera terjaga dari tidurnya pagi sekali dan memutuskan untuk berjalan-jalan di keliling rumah sakit. Ken tidak punya pilihan lain selain menemaninya berkeliling rumah sakit sambil membawa selang infusnya.

"Kau bisa menjatuhkan infusnya," jawab Ken sambil membantu Hera duduk di tempat tidurnya.

Hera tertawa sambil merapikan ujung selimutnya. "Kadang-kadang kau ini lucu sekali," katanya. "Tapi terima kasih."

"Kau harus banyak istirahat" pesan Ken.

"Seharusnya aku yang bilang begitu," celetuk Hera. "Berapa malam kau belum tidur? Semua gara-gara aku. Maaf, ya."

"Aku cuma membantu Paman Jiro," tandas Ken. Dia tidak mau terkesan membantunya.

Dan sepertinya Hera menyadarinya. Dia menundukkan sedikit kepalanya dan bermain-main dengan ujung selimutnya. "Amel tidak marah kau di sini?"

Kepala Ken terangkat agak terlalu cepat saat dia mendengar nama itu. "Tidak juga," jawab Ken tak yakin.

Hera menelengkan kepalanya. "Tahu tidak, kupikir ada yang aneh dengan kalian berdua," tukas Hera tajam. "Kemarin waktu Vero menjengkukku, dia mengaku kalau dia mencintai Amel. Mana boleh begitu, kan?"

"Vero.. apa?" tanya Ken, menyadari suaranya terlalu keras. Tapi itu tidak penting.

Vero tadi.. apa? Mengatakan pada Hera kalau dia mencintai Amel? Kenapa Vero melakukannya? Apa rencana Vero? Tidak cukup hanya mengaku di depan Ken dan Ray saja?

"Tidak perlu semarah itu," tukas Hera pedas. "Menurutmu kenapa Vero bersikap begitu?"

Kenapa Vero bersikap begitu? Sudah jelas dia menginginkan Amel. Dan Ken tidak akan mengizinkannya.

Tapi apa yang bisa dilakukan Ken? Amel bukan siapa-siapanya, kecuali tunangan gadungannya. Dan Ken tidak bisa melarang Amel menjalin hubungan dengan siapa pun. Pada dasarnya, Ken tidak punya hak mencampuri hidup Amel karena mereka tidak terikat. Begitulah kenyataannya. Kenyataan yang sangat menyakitkan.

"Aku penasaran.. kenapa kau sebaik ini padaku?" pertanyaan Hera kemudian menyadarkan Ken. "Aku pernah berbuat jahat padamu. Kenapa kau terus-terusan baik begini?"

"Apa yang salah menjadi orang baik?" tanya Ken. "Kalau aku tidak baik, apa yang tersisa untukku?" Sejurus kemudian, Ken terdiam. Dia heran kenapa dia masih mengingat kata-kata itu. Kata yang pernah diucapkan Amel. Dan mengingatnya membuat hati Ken sedih lagi. Astaga, minggu ini benar-benar drama baginya!

"Tidak ada yang salah. Cuma kau betul-betul aneh belakangan ini!" cetus Hera gusar. "Kau bertingkah seperti bukan dirimu! Apa semua karena Amel? Iya kan, dia penyebabnya?"

"Stop, jangan bawa-bawa Amel dalam masalah ini," gertak Ken. "Kenapa kau selalu menghubungkan dia dengan semuanya?"

"Karena aku menyukaimu!" sambung Hera cukup kencang. "Aku sudah pernah bilang, kan? Aku menyukaimu dan aku ingin kau kembali. Kenapa susah sekali membuatmu mengerti?"

Ken menggeleng arogan. "Kau salah,"

Sakit hati terlihat jelas di raut wajah Hera. "Jadi.. kenapa kau masih di sini?"

Kenapa Ken masih di sini? ken saja tidak tahu kenapa dia masih di sini. Dia ingat janjinya dengan ayah Hera, dan sekeras apa pun dia ingin keluar dari itu, dia tidak bisa.

"Aku ingin tidur," kata Hera dingin, memberi Ken anggukan kecil. "Oyasumi."

***

Not so Beautiful Game[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang