27

10.1K 690 6
                                    

Amel menyusuri lorong rumahnya sambil membawa belanjaan berisi sayur-sayuran. Entah kesambet apa, ibunya ingin memasak berbagai macam sayuran hari ini, dan Amel malah kebagian tugas belanja di pasar.

Matahari bersinar lebih terik dari sebelumnya. Keringat mulai membasahi pelipis Amel, terus turun ke bahunya. Amel menyeka keringatnya asal kemudian mempercepat langkahnya.

Tak lama dia berjalan, sampailah dia di rumahnya. Amel melepas asal sendalnya, kemudian masuk ke dalam rumahnya.

"Aku pulang," kata Amel dari ambang pintu. Segera dia masuk ke dapur rumahnya, kemudian meletakkan belanjaannya di dekat meja kompor.

"Oh, sudah pulang?" sapa Leny, sambil mengirisi cabai nya. Suara ikan digoreng memenuhi dapur itu.

"Ya. Aku ke kamar mandi dulu ya. Gerah betul," pamit Amel. Buru-buru dia ke kamar mandi dan membasuh seluruh wajahnya, pelipisnya dan tangannya. Setelah itu, ia segera mengelap tangan dan wajahnya sampai kering kemudian bergabung lagi dengan ibunya.

"Apa yang harus kukerjakan?" tanya Amel, sambil menatap punggung Leny yang sedang mengaduk isi kualinya dengan spatula.

"Cuci saja sayur-sayurannya, lalu masukkan ke dalam kulkas," perintah Leny. Amel menurut dan mulai mencuci sayur-sayuran itu satu per satu.

Pikiran Amel kembali melayang. Entah kenapa, akhir-akhir ini, sesudah dia memutuskan untuk kembali ke rumah ibunya sambil menunggu tanggal wisuda, Amel jadi sering melamun. Dan hal itu sangat merugikannya, karena dia tidak bisa fokus kepada satu pekerjaan.

"Mel, dengar tidak? Sudah dua kali ibu panggil," kata-kata Leny menyadarkan lamunan Amel. Amel mengerjap pelan dengan tampang bingung.

"Iya?" tanya Amel.

"Ck, apa yang salah denganmu, Nak?" decak Leny. "Dari tadi melamun terus. Dipanggilin tidak dengar."

"Maaf,"

"Itu ada titipan untukmu. Ibu letakkan di atas meja belajarmu," kata Leny. Amel mengerutkan dahinya.

"Dari siapa?"

"Seorang pemuda. Dia bilang tadi siapa ya?" Leny mengetuk pelan gagang spatulnya ke pinggir kompor. "Ah, namanya Leo kalau tidak salah."

Seketika tangan Amel berhenti menyuci sayuran itu. "Leo?" tanyanya. Dia tidak ingat pernah memiliki teman bernama Leo, tapi dia merasa nama Leo tidak asing baginya. Leo.. Leo..

Ya ampun, mungkinkah?

"Katanya dia asisten bos nya," sahut Leny. "Dia bilang dia mengantar titipan bos nya. Sebaiknya lihat sendiri gih"

Amel pamit dan langsung menghilang ke kamarnya.

Benar saja. Sekarang di atas meja belajarnya, terdapat sebuah bungkusan berwarna hitam. Bungkusan tipis dan ceper, berbentuk persegi. Apa kira-kira isinya?

Amel membuka perlahan bungkusan itu. Alisnya bertaut bingung melihat sekeping CD terbalut sempurna di tempatnya. Yang anehnya, tidak ada judul, logo, atau apa pun di CD itu. Hanya hitam dan polos.

Benar-benar! Untuk apa lagi ini?

Karena penasaran, Amel segera memutar CD itu di dalam pemutar CD nya. Jelas CD ini sebuah lagu. Ah, Amel kenal suara ini. Whithney Houston! Tapi tunggu, ini bukan lagu yang utuh.

CD itu berisi potongan-potongan lagu Whithney Houston yang digabungkan satu sama lain. Sepertinya ini CD kompilasi.

"I decided long ago, never to walk in anyone's shadows

If I fail, If I succeed

At least I lived as I believed

No matter what they take from me

Not so Beautiful Game[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang