love, life, line: have no clue

14.8K 1.2K 59
                                    

Now Playing: Arctic Monkeys-I Wanna Be Yours

***

"Elang!" sapaku dengan ramah. Elang yang sedang asyik mendengarkan lagu kontan mendongak ke arahku.

"Kenapa lo? Kok kayaknya seneng banget?" tanya Elang yang menyadari kalau perasaanku sedang benar-benar baik.

"Nggak papa sih," jawabku sambil meletakan tas lalu duduk di samping Elang.

Oh iya, aku belum cerita, ya? Kami berlima berbeda-beda kelas. Hanya aku dan Elang yang berada di satu kelas.
Aku dan Elang adalah murid IPS. Sebenarnya, kami bisa saja untuk masuk ke kelas IPA, tapi passion kami memang bukan di situ.

Dion adalah siswa kelas XI IPA 7.
Sedangkan Ian dan Jerry adalah siswa XI IPA 1 dan XI IPA 4.

"Serius nggak pa-pa?" selidik Elang yang tidak percaya dengan perkataanku.

"Iya, beneran deh." jawabku yang enggan memberitahu alasan mengapa aku senang hari ini.

"Pasti lo lagi suka sama orang baru," tebak Elang.

Alisku berkerut, bagaimana bisa Elang menebaknya dengan akurat?

"Ha?" gumamku secara tidak sadar dan memancing Elang untuk tertawa.

"Lo sama gua udah kenal lumayan lama, kan? Gua udah apal kali sama kebiasaan lo. Kali ini siapa lagi?" tanya Elang sambil tersenyum sarkastik khasnya ke arahku.

Aku mendelik ke arahnya lalu mendecak kesal, "Ha, lo pikir gue gampang suka sama cowok?"

Elang tertawa, menunjukkan eye smile-nya. Menggemaskan.

"Ya, memang lo baperan, kan? Lo ini gampang suka sama cowok, tapi, nggak gampang buat dipacarin. I know you so well, don't deny it."

Aku menggeleng, bermaksud untuk menyangkal pernyataan Elang barusan. Memangnya aku semudah itu untuk jatuh cinta?

"Nggak, gue aja baru pacaran dua kali. And it long lasted, kan? Gue nggak segampang itu jatuh cinta."

Elang menggeleng lalu kembali memasang headset-nya.

Aku mengerutkan dahiku. Tumben sekali Elang nggak mau bersebat denganku?

"Heh!" seruku sambil memukul pelan bahu Elang.

Elang terkesiap. Ternyata pukulanku yang nggak seberapa kencang itu berhasil membuyarkan lamunannya.

"Kenapa lagi?" tanya Elang dengan santai, tetap terpaku dengan ponselnya.

Salah satu hal yang paling kusukai dari Elang adalah: dia nggak pernah marah walaupun aku ganggu berkali-kali.

Aku tersenyum kecil, "Kok bisa lo nuduh gue suka sama orang lagi?"

Elang yang masih enggan menatapku itu tertawa kecil, "Kita duduk satu bangku udah berapa lama sih? Gua udah apal cerita cinta lo itu. Dari jaman lo suka sama Randra, Fadel, Dion, Irga, Adam, sampe Richo aja gua masih inget ceritanya gimana."

Aku tertawa kecil. Aku senang mempunyai sahabat seperti Elang yang sama sekali nggak pernah melupakan ceritaku walaupun sepele. Oh iya, di antara sahabat-sahabatku, hanya Elang yang tahu kalau aku pernah menyukai Dion dan sampai sekarang nggak bocor, syukurnya.

"Emang menurut lo, gue suka sama siapa?" tanyaku untuk mengetes instingnya.

Elang memandang keluar jendela--tampak berpikir.

Love, Life, Line (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang