Now Playing: Radiohead-High And Dry
***
"Lang, ih, lo denger gue nggak, sih?" gerutuku kesal sambil memukul bahu Elang pelan.
Elang berubah semenjak ia jadian dengan Fiqa beberapa hari yang lalu. Ini yang selalu aku takutkan, Elang berubah. Entah kenapa, Elang menjadi dingin, nggak mau mendengar celotehanku lagi, nggak mau ngobrol seperti dulu lagi.
Aku kesal. Katanya, dia akan menjadikan aku sebagai nomor satu, sekarang mana? Mana janjimu sekarang, Lang? Why do you do bullshit to me?
"Lang," gumamku lirih. Jemari Elang tetap menari, mengukirkan angka-angka akuntansi yang rumit dan tak kupahami.
Elang bergeming.
Ia mendengarku. Pasti. Tapi, kenapa ia enggan berbicara kepadaku?
Elang marah? Kenapa? Apa salahku?"Lang, lo kenapa?" tanyaku lebih halus. Elang menoleh ke arahku lalu hanya tersenyum samar. Ia kembali menulis deretan angka yang selalu aku benci.
Aku dan Elang adalah sepasang teman yang kontradiktif. Ia menyukai olahraga, aku membencinya.
Ia menyukai Akuntansi, aku menyukai Bahasa Inggris. Ia disiplin, aku semau-mau. Elang menyukai KFC, aku McD.
Elang suka tidur, aku selalu insomnia.
Terlalu banyak perbedaan yang hadir di antara kita. Namun, karena perbedaan itu, kami saling melengkapi. Elang yang tidak suka banyak bicara itu selalu menyukai celotehanku, selalu mendengar keluh kesahku, selalu memberi saran atas masalahku... Aku menyukai Elangku yang dulu. Elang yang nggak pernah bosan memarahiku ketika aku berbuat salah, bukan Elang yang pendiam seperti ini.Elang, kamu kenapa?
"Lang?" ucapku yang terus menginterupsi konsentrasinya.
Bu Hanum terus mengoceh di depan yang membuatku semakin pusing. Kenapa hari ini aneh sekali?
"Hm," tanggap Elang acuh tak acuh.
"Lo kenapa sih diemin gue?" tanyaku memelas.
Elang menggeleng, "Nggak."
Tuh kan, Elang kenapa sih? Aku salah apa? Lang, kalau aku salah, kenapa nggak bilang sih? Aku nggak akan marah, demi apapun.
"Lang," kataku lagi yang membuat jemarinya berhenti menulis.
Mata hitam Elang menatapku.
Dingin.
Bukan seperti mata Elang yang dulu selalu hangat.
Aku nggak mengenal Elang lagi.
Aku melihat Bu Hanum keluar kelas untuk izin ke WC. Akhirnya, bidadari neraka ini keluar juga.
"Lang!" gertakku sedikit keras. Elang menoleh ke arahku. Beberapa teman kelas menoleh ke arah kami.
"Apa?! Lo berisik amat sih?!" sahutnya dengan nada marah, kasar, dan berapi-api.
Aku... Aku benci Elang yang ini!
Tidak suka menjadi pusat perhatian, aku berpura-pura tertawa. Agar semua orang kalau kami baik-baik saja. Kalau aku baik-baik saja.
Ketika fokus teman-teman tak lagi ke arah kami, aku menangis.
Mataku panas. Aku nggak sanggup menahan emosiku. Hatiku sakit. Demi Tuhan, sakitnya melebihi dari luka terburuk yang pernah kualami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Life, Line (Completed)
Ficção Adolescente--FIKSI REMAJA-- COMPLETED. Safira adalah siswi SMA yang bersahabat dengan empat cowok yakni: Elang, Dion, Jerry, dan Ian. Mereka bersahabat sejak kelas 8 SMP. Elang si penggemar astronomi yang pintar, Dion si cowok paling annoying...