love, life, line: mysterious gifts

12.5K 916 63
                                    

Now Playing: The Red Jumpsuit Apparatus-Your Guardian Angel

***

Aku melangkahkan kakiku dengan lunglai menuju kelas. Suasana kelas sudah lumayan ramai, wajar ini sudah jam tujuh kurang sepuluh menit. Aku meletakan tasku lalu melirik bangku Elang yang masih kosong.
Kok tumben dia belum berangkat?

Aku menoleh ke belakang mencari-cari sosok Elang. Nggak ada.

"Nyari Elang, Fir?" tanya Akbar kepadaku.

"Heeh, Bar, lo ngeliat dia nggak? Udah mau masuk nih." jawabku agak panik. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi, Elang kan seumur-umur belum pernah telat!

"Tadi sih ada tasnya di situ, terus dia pulang lagi ngambil buku tugasnya ketinggalan. Belum balik-balik lagi nih, nggak tau gua. Coba lo LINE dia, siapa tau ban motornya bocor." jawab Akbar.

Akbar ini anak paling badung di kelasku tapi lembut banget kalau sama cewek. Akbar ini terkenal banget suka berantem, cocok sih sama penampilannya, keliatan brandalnya! Rambutnya agak gondrong, pokoknya jadi inceran guru-guru kalau pas razia rambut. Kulitnya agak gelap gitu karena suka motoran kemana-mana waktu siang, tapi nggak gosong kok. Suaranya agak berat, serem kalau denger dia marah. Dulu tuh sekolahku pernah kena masalah gara-gara Akbar. Sekolahku pernah tawuran sama SMA Garuda. Dia tuh biang kerok dan pemimpin tawuran dari sekolahku, pokoknya serem banget deh kalau Akbar udah ngamuk, nggak ada yang berani melawan. Guru aja tobat sama kelakuan dia, tapi dia atlet taekwondo sih, sering juara lagi, jadinya sekolah masih toleransi gitu deh.

"Makasih, Bar." kataku sambil tersenyum. Selama ini Akbar nggak pernah mencari masalah denganku, jadi aku nggak masalah kalau dia nakal. Asal nggak ganggu aku hehe.

"Eh, Fir," ujar Akbar tiba-tiba.

Eh?

Aku menoleh ke arahnya.

"Tadi gua liat Elang mukanya suntuk gitu, kayak banyak pikiran. Dia kenapa kalo boleh tau? Siapa tau gua bisa bantu." kata Akbar.

Glek! Lah, Elang kenapa lagi sih? Kok dia nggak cerita-cerita? Apa ada masalah sama Fiqa? Aduh, Elang kenapa?

"Eh?" gumamku. "Emangnya suntuk gimana, Bar? Kayak orang marah apa sedih? Gue nggak tau loh. Dia nggak cerita nih ke gue." jawabku apa adanya. Sumpah, ini Elang kenapa lagi sih, ah?

Akbar mengendikan bahu, "Gatau sih, kayak campuran sedih, kesel, bingung gitu... Kayak abis ribut sama ceweknya gitu ekspresinya hahaha, nggak tau ding gua sok tau." jawab Akbar sambil terkekeh. "Ya lo sebagai temennya perhatiin gih, kasian itu bocah."

Aku mengangguk, "Oke, Bar, makasih banget infonya."

Aku menoleh lagi ke arah depan--menunggu kedatangan Elang. Dia kemana, sih?

Aku merogoh laci mejaku untuk mengambil buku sosiologi yang tertinggal.

Eh, ini apa?

Aku langsung mengambil plastik yang berisi kotak dari laci meja itu.

Kotaknya cantik, warnanya biru bergambar beruang.

Aku langsung menoleh ke Akbar untuk menanyakan kotak ini, "Bar, ini punya siapa ya?"

Akbar menggeleng, "Gak tau gua, coba tanya anak-anak kelas."

Aku langsung bangkit dari tempat dudukku dan berteriak, "Wey, ada yang ngerasa kehilangan ini, nggak?"

Teman-teman hanya menggeleng, menunjukan kalau mereka tidak tahu akan kotak itu.

"Memangnya nemu dimana, Fir?" tanya Zelda.

Love, Life, Line (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang