love, life, line: final explaination

10K 828 25
                                    

Now Playing: Coldplay-Amsterdam

***

"Jerry, Jer.. Tunggu!" seruku sambil setengah berlari mengejar Jerry. Jerry berhenti lalu menatapku aneh, ia menyeringai sedikit. "Kenapa?"

Aku mengusap keringatku yang mengucur sedikit deras dari pelipis. Hari ini cuaca panas sekali, jadi wajar jika aku gampang berkeringat.

Aku mengucir rambutku asal-asalan dan cepat; nggak mau membuat Jerry menunggu lebih lama.

"Kasih tau hal tentang Elang. Apa aja yang nggak gue tau, Jer." tanyaku sambil mendongak ke arah Jerry. Aku menatap Jerry dengan yakin. Ia hanya tersenyum kecil lalu berjalan meninggalkanku.

"Jer, jawab dulu!" kataku sambil menarik tangan Jerry. Langkah Jerry terhenti. Aku bisa merasakan buliran keringat mengalir di tangannya.

Jerry terdiam lalu membalikan badannya ke arahku. Ia menatapku lurus-lurus, "Buat apa?"

"Kata lo, dia suka sama gue, Jer. Mana buktinya?" tanyaku kikuk. Aku bodoh banget sih, jelas-jelas kan Elang memang suka sama aku!

"Lo ini aneh amat ya? Ya jelas-jelas dia suka sama lo, kampret." jawab Jerry sambil menggelengkan kepalanya heran. Aku tersenyum kikuk--mentertawai kebodohanku sendiri.

"Eh, bukan itu maksud gue. Maksudnya.. Rahasia Elang yang nggak gue tau itu apa? Gue pengen tau, Jer. Gue kepikiran itu mulu." kataku sambil mengusap keringat yang entah kenapa mengucur.

Jerry merangkul tubuh pendekku. Sial, jantungku masih bereaksi seperti dulu. Aku hanya menunduk untuk menutupi rasa grogiku. Aku tahu kalau Jerry sedang memandangiku. Jerry, tolong jangan membuatku dilema seperti ini..

"Sebenernya gua udah tau semuanya, Fir. Tapi jangan kaget, ya?" ujar Jerry dengan misterius. Aku mendongak ke arah Jerry lalu mengangguk.

"Sekarang lo ikut gua deh ke mobil. Nggak enak amat kita ngomongnya sambil jalan. Di mobil aja biar berdua doang yang denger." timpal Jerry lalu menarik tanganku setengah berlari. Aku bisa merasakan tangan Jerry yang berkeringat. Tangan yang dulunya biasa menggenggamku.

Jerry langsung membukakan pintu mobil, berlagak seperti gentle man. Aku sih senang-senang saja diperlakukan seperti itu, kapan lagi, ya kan?

"Sumpah, menurut gua, lo harus minta maaf deh sama Elang." kata Jerry tiba-tiba membuka pembicaraan dengan perkataan mengejutkan seperti itu. Mata cokelatku langsung mendelik ke arahnya dengan kaget. Maksudnya apa coba?

"Emangnya kenapa? Well, di sini gue nggak salah, loh. Lagian kenapa Elang nggak bilang dari dulu sih kalo dia suka sama gue? Memangnya gue bisa baca pikiran orang?" kataku dengan nada agak nyolot. Aku kan memang nggak salah apa-apa, masa aku harus minta maaf duluan?

"Yaaah.. Sebenernya yang paling bejat di sini itu gua, Fir." gumam Jerry sambil lurus-lurus memperhatikan jalan raya yang ramai sekali.

"Bajingan gimana? Lo nggak salah, kok. Walaupun lo terkesan nikung Ian, lo nggak--"

"Gua nikung Elang juga, Fir." potong Jerry dengan tegas. Aku nggak ngerti maksudnya apa!

"Maksudnya apaan sih, nggak usah bertele-tele, Jer. Ceritain gue semuanya biar jelas. Gue tuh capek kayak gini, lo pikir gue enak posisinya?" cerocosku dengan galak. Aku bisa melihat sudut bibir Jerry membentuk senyum kecil. Nyaris tak terlihat.

"Jadi.. Sebenernya tuh.. Gua tau kalo Elang suka sama lo. Dia suka sama lo dari lama sih kayaknya, dari kelas 8." ujar Jerry yang masih enggan menatapku. Mendengar pernyataannya, kontan saja jantungku mau copot. Seakan-akan perkataan Jerry adalah halusinasi yang berkolaborasi dengan mimpi. Nggak mungkin. Pasti bercanda....

Love, Life, Line (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang