love, life, line: imaginary man who criminally stole my heart

14.2K 965 28
                                    

Now Playing: Efek Rumah Kaca-Laki-laki Pemalu

***

Kalian pernah nggak sih jatuh cinta sama dua orang yang memiliki kepribadian berbeda tetapi jalan pikiran mereka sama?

Mereka itu selalu datang di saat yang tepat, pas aku butuh. Kehadiran mereka itu seperti joker merah dan joker hitam. Sama-sama penting dan selalu bisa diandalkan kalau aku sedang terjatuh.

Jerry itu seperti joker merah. Merah yang berapi-api, bersemangat, dan berani. Sedangkan Harris cenderung kalem, santai, tetapi keberadaannya belum terlihat seperti apa. Mereka sama-sama aku butuhkan karena mereka melengkapiku. Mereka menyeimbangiku. Keberadaan mereka saling berkomplementer walaupun sikap mereka sangat kontradiktif. Mereka berdua ibarat air dan api--sama-sama berguna dalam porsi mereka masing-masing.

Dalam kehidupan, manusia membutuhkan seseorang yang dapat membuatnya merasa lengkap, bukan?
Dan ajaibnya, kedua orang ini mampu melengkapiku dengan cara mereka masing-masing.

Harris dapat meredakan emosiku dan Jerry mampu membakar semangatku. Mereka krusial. Kehadiran mereka sangat esensial dan tidak dapat dibanding-bandingkan.

Aku pernah membaca quotes legendaris John Lennon di internet. Ia berkata kalau kita mencintai dua orang, pilihlah orang yang kedua. Karena jika kita benar-benar mencintai yang pertama, kita takkan jatuh untuk kedua kalinya. Kalau aku menurut dengan perkataan beliau, berarti aku harus memilih Harris?

Harris. Cowok itu nggak jelas. Dia memang joker hitamku, tetapi dia terlalu abu-abu. Berbeda sekali dengan Jerry yang gerak-geriknya masih bisa kuterka, kalau Harris aku benar-benar nggak bisa. Dia baik, perhatian, dan selalu mengerti. Tapi, cinta nggak pernah sesederhana itu, kan? Cinta nggak selalu tentang kebaikan atau perhatian seseorang yang diberikan kepada kita. Cinta lebih rumit dan kompleks daripada itu. Aku nggak mengenal Harris, sampai sekarang. Aku nggak mengerti bagaimana pribadi Harris sebenarnya. Aku bahkan belum pernah melihatnya secara nyata. Fotonya saja aku bahkan nggak tahu. Tapi, kenapa hati ini mudah sekali jatuh untuknya?

Jerry. Jerry aku mengenalnya sudah dalam. Tapi, aku belum bisa menyelami dasar hatinya. Hatinya seperti dasar lautan yang dalam. Terlalu dalam sehingga cahaya matahari tak mampu menembusnya. Padahal, ia menyimpan segala cerita dan rahasia di dalam dasar hatinya itu..
Jadi, aku masih meraba-raba dan mencoba untuk menyelami isi hati Jerry lebih dalam lagi agar tahu perasaannya terhadapku.

Jerry menunjukan sikap sederhana yang manis. Ia berulangkali membuatku tersenyum dan nggak bisa tidur hanya gara-gara perkataan dan perbuatannya yang tidak terduga.

Mencintai Jerry itu seperti bermain kartu. Cepat atau lambat, ia akan membuka semua kartunya. Tidak mudah memang untuk membuatnya menyerah dan membuka semua kartu yang ia simpan rapat-rapat.
Tetapi, semakin ke sini, tanpa aku berusaha keras pun ia menunjukan kartunya satu per satu. Gelagatnya mulai terbaca, kartunya mulai bisa aku terka. Namun, jika aku tidak hati-hati, aku bisa celaka karena salah memperkirakan kartu-kartu yang ia simpan.
Siapa tahu di akhir permainannya, ia akan mengeluarkan kartu AS yang membuat prediksiku buyar.
Perasaan Jerry masih belum bisa kutebak, walaupun dengan perlahan ia mulai memberiku petunjuk seperti apa 'kartu' yang ia miliki.

Tapi, aku nggak mungkin kan memilih Harris jikalau ia memiliki perasaan kepadaku. Aku bahkan nggak tahu nama asli dia siapa. Demi Tuhan, dia nggak suka kalau aku menanyakan hal yang bersifat pribadi seperti itu.

Apakah Harris mencintaiku?
Kalau dia memang mencintaiku, mengapa harus bersembunyi di balik topeng anonim? Kenapa ia takut untuk menemuiku? Kenapa ia ragu untuk menunjukan perasaannya kepadaku?

Love, Life, Line (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang