Satu

9.2K 260 0
                                    

Malam semakin larut saat gadis dengan balutan kaos biru tengah duduk di kursi gantung yang terbuat dari rotan yang sengaja diletakkan di balkon atas. Matanya tertuju pada sebuah novel tebal ditangannya, sesekali ia tersenyum saat mendapati adegan lucu dalam novel tersebut.

"Karin, kok belom tidur sih jam segini. Besok hari pertama lo kan?" suara Agnes-kakak perempuannya- membuatnya berhenti sejenak untuk menatap sang empunya suara.

"Santai aja lah, kak. Masih jam 9 juga kok"

"Gue laper nih, masak yuk dek"

"Ogah, sejak kapan sih masak ngajak ngajak. Masak sendiri aja sono, ntar gue minta" celetuknya membuat tangan Agnes mencubit hidung Karin pelan.

"Yaudah, ntar turun. Kalo engga gue habisin makanannya."

Setelah kepergian Agnes, Karin kembali bergelut dengan imajinasinya mengenai rangkaian adegan dalam novelnya. Tak mempedulikan handphone nya yang tetap menampilkan notification adanya 14 panggilan tak terjawab dan 5 pesan baru. Handphonenya memang sengaja dimode silent agar tidak mengganggu kegiatannya merangkai-kejadian kejadian manis dari kedua tokoh utama dalam novel tersebut.

"Kenapa juga si Alfred kaya gini, bisa salah paham nanti Angel nya" Karin mengomentari isi buku yang kini telah berpindah ke meja disamping kursi gantungnya.

Karin mencium bau sedap saat menapakkan kakinya di lantai bawah, tanpa aba-aba ia segera menyusul sang kakak kearah dapur.

"Enak banget, masak apaan lo?" kepalanya menyembul dari balik bahu Agnes agar dapat melihat isi dari penggorengan di tangan kakaknya.

"Cuma iseng aja sih, onion-bawang bombai- sama ayam doang kok."

"Iseng ngga seenak ini baunya. Itu ayam?" Karin memperhatikan potongan potongan kecil seperti dadu di dalam penggorengan.

"Iya, gue potong biar bumbunya masuk. Lo ngga suka bawang kan? Jadi gue pake onion aja"

Tak lama mereka makan diiringi canda tawa yang sudah biasa terjadi di ruang makan. Karin yang baru seminggu berada di kota ini setelah 1 tahun berpisah dengan Agnes tidak lantas membuatnya menjadikan Agnes menjadi sosok asing. Ia tetaplah dekat dengan gadis 23 tahun yang besar bersamanya itu.

"Besok gue anter, udah tau kan seragam sekolah besok? Jangan sampe lo malu-maluin gue dengan adegan salah kostum lo itu"

"Emang sekolah nya kaya apaan sih? Bukan sekolah buangan kan?"

"Ih, resek lo. Tega amat gue buang lo kesana. Kalo gue mau buang lo udah gue jatuhin di antartika naek Helico" Karin membayangkan ia terjatuh dari Helicopter pribadi keluarganya yang diberi nama Helico.

"Atasan putih, rok biru kotak-kotak."

"Dasinya jangan lupa. Yaudah buruan tidur sana, besok ngga bisa bangun gue sukurin lo"

***

"Perkenalkan, aku Karin Aidina. Aku murid baru disini" Karin memperkenalkan dirinya di depan kelas. Beberapa siswa laki laki melontarkan beberapa pertanyaan tak penting seperti nomor handphone, alamat rumah, bahkan hingga status Karin.

"Gue Nina,"

"Putri,"

"Erni,"

Ia mendapatkan beberapa teman dalam lingkup satu kelasnya dalam waktu singkat. Kebetulan, Putri teman sebangkunya bukan gadis pendiam seperti bayangan Karin saat melihat wajah teduh Putri. Tak berbeda dengan Erni dan Nina yang duduk tepat di depan bangku mereka. Erni yang lebih pendiam dan banyak berkutat dengan buku memang berbeda dengan Nina yang terlihat sangan asik dengan segala suasana di kelas.

Saat istirahat, hampir seluruh siswa meninggalkan kelas, kecuali Reno cs yang punya kebiasaan berkumpul di belakang kelas. Mereka asik dengan hiburan mereka dan mulai mengeluarkan umpatan tak berkelas seperti, "gede banget coy," atau, "langsung masuk aja harusnya" atau yang lebih parah "bagus pake bikini gituan". Tanpa harus dijelaskan sepertinya setiap orang yang lewat pun akan paham apa yang sedang mereka diskusikan.

"Ikut kita aja yuk, daripada disini. Ntar yang ada lo digangguin mereka lagi" kata Putri menarik lengan Karin saat dilihatnya siswa baru itu masih setia duduk di bangkunya.

Tanpa berkomentar Karin yang notabene anak baru itu hanya menurut. Ia sedikit gugup saat Putri membawanya ke bangku yang berada di tengah kantin setelah Nina pergi terlebih dahulu untuk memesankan makanan temen temannya. Dari ketiganya memang Nina lah yang punya kebiasaan memesankan makanan saat di kantin, alasannya tentu saja karna mas mas di kantin Bu Anum yang katanya manis.

"Oh iya, Karin makan apa?" tanya Nina yang jaraknya tak jauh dari meja yang biasa ditempati Putri cs saat istirahat.

"Serah lo aja, gue ngikut."

"Eh, Put. Tumben si Reno diem di kelas ya" celetuk Erni mengingat pemandangan aneh di kelas saat Reno si biang onar hanya duduk diam saat teman temannya asik dengan video... kalian tau sendiri laah.

"Sakit gigi kali" tebak Nina yang telah duduk dengan senampan penuh pesanan teman temannya.

"Bagus deh kalo tuh orang diem, tenang hidup gue. Lagian gue juga capek tiap hari ribut mulu ama dia" kata Putri sebal. Saking sebal nya sampai kuah bakso yang kini ada di depannya muncrat kemana-mana karena gerak tangannya yang dengan gesit memotong bakso menjadi kepingan kepingan kecil.

Biasanya mereka akan betah berlama-lama di kantin, tapi hari itu sepertinya mood Putri sedang tidak baik setelah disinggung masalah Reno yang tak lain adalah musuh abadinya di kelas.

"Awh!" Karin mendongak saat merasakan kepalanya menatap sesuatu. Dilihatnya seseorang berdiri dengan ekspresi datar di hadapannya.

"Beruntung banget ya, lo nabraknya gue. Gimana kalo cowo lain?" suara beratnya terdengar masih dengan ekspresi datar.

Ih, nih cowo apa-apaan sih. Karin mengumpat dalam hati melihat ekspresi cowo di depannya.

"Udah deh, Fa. Dia tuh anak baru, jangan digangguin." seseorang disamping cowo itu angkat bicara melihat baku tatap antara Karin dan temannya tak segera berakhir. "Yok cabut, ayook" bujuk cowo di sebelahnya sambil menarik pelan lengannya.

"Oh my god! Lo gila, gue mau mati rasanya!" begitu sampai di kelas, Putri, Erni dan Nina ribut mengomentari kejadian yang barusaja mereka lihat.

"Sumpah, gue kira lo bakal diapain gitu sama dia" Erni yang bukan tipikal orang yang mudah panik pun ikut histeris saat ini.

Karin melihat ketiga temannya bingung, apa yang salah dengan kejadian barusan. Ia hanya menabrak salah satu siswa Efrata, apa yang salah dengan itu.

"Gaes, sebenernya gue bener-bener ga ngerti sama apa yang kalian omongin." ia hanya tersenyum getir saat ketiga pasang mata itu menatapnya tak percaya.

"OMG!" Nina adalah orang pertama yang menunjukkan reaksi dengan OMG khas-nya.

"Gini lo, Rin. Tadi itu namanya Arfa, yaah anak anak sini pasti tau lah gimana dia dengan predikatnya. Dia itu.."

"Pokonya yaa pokonya, apapun yang terjadi, jangan sampe deh lo berhubungan sama dia" sela Putri tak sabar dengan penjelasan Erni.

"Gue ngga berhub.."

"Bukan kaya gituu!!" protes Putri dan Nina saat tau apa yang dipikirkan Karin dengan kata 'berhubungan' dan itu sangat berbeda dengan apa yang mereka pikirkan.

***

Karin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang