HOLAAAAA AUTHOR IS BACK😭😭😭😭
MANA YANG SETIA SAMA KARIN ARFA ❤❤ THANKS YANG UDAH NANYAIN SAMPE DM AKU 😂
SEBAGAI PERMINTAAN MAAF AKU TULIS PART INI AGAK PANJANG❤ SEMOGA SUKAAAKK😍😍😍
***
Karin lagi lagi tersenyum sembari mengernyitkan dahi mendengar suara melengking Nina. Tak lama kemudian, tubuhnya sudah berada dalam pelukan sahabatnya itu. Dia tertawa pelan mendengar ungkapan rindu dari ketiga teman temannya.
"Jadi? Gimana liburan Lo?" tanya Putri penuh selidik.
Mereka cukup kesal saat Karin menghabiskan seluruh waktu liburannya dengan Arfa, ya, laki-laki itu tak membiarkan mereka meminjam Karin barang sebentar.
"Ngga gimana gimana, kenapa sih kalian gitu banget liatinnya" elak Karin salah tingkah diperhatikan ketiga sahabatnya.
"Eh Rin, Lo ada masalah apa sama Desti?" tanya Putri sedikit menarik lengan Karin agar menghadapnya.
"Desti? Siapa?"
"Lo tuh sekolah disini udah mau lulus masih ngga kenal Desti?" sergah Erni tak percaya sementara Karin masih menatap mereka dengan raut tak mengerti.
"Kebanyakan dipojokan sama si Arfa Lo" kata Nina disambut tawa Putri dan Erni.
Tawa itu hanya singkat, Putri kembali menatapnya dengan serius. Sepertinya masalah ini memang tidak sepele, tapi Karin benar-benar tidak tau menahu siapa Desti. Di sekolah ini selain teman teman sekelasnya, ia hanya mengenal Arfa dan beberapa teman sekelasnya.
"Kemarin gue denger dia ngomongin elo." kata Putri.
"Udah biarin aja, kayanya emang Karin ngga perlu tau kok"
***
New Message
Nomer siapa?
Karin diam berpikir sejenak melihat sebuah pesan berisi video yang dikirim ke handphone nya.
Ia terbelalak saat melihat rekaman berdurasi tak sampai satu menit itu. Cukup singkat atau bahkan terlalu singkat, tapi sudah dapat memporak porandakan isi pikiran Karin.
Suara ketukan pintu pun tak terdengar di telinga nya, seakan seluruh inderanya mati, otak nya beku. Ia masih terpaku, menatap layar ponsel yang tak lagi memainkan video tak layak itu.
"Non, dicari den Arfa" suara seseorang di ambang pintu mengembalikannya ke dunia nyata.
"Iya bi, bentar" Karin meletakkan handphonenya lalu menatap dirinya di depan cermin.
Kenapa? Kenapa disaat perasaanku udah senyaman ini?
Air matanya mengalir tak lagi terbendung. Astaga, hatinya terlalu rapuh. Ia bahkan bisa terluka hanya karena penolakan Arfa untuk membelikannya ice cream, dan masalah video itu, apa yang dilakukan cowok itu, jangan ditanya bagaimana hancurnya dia.
Dengan cepat ia menyeka air matanya, menghembuskan nafas panjang demi mengunci sejenak rasa sakit yang menjerit jerit. Ia akhirnya melangkah keluar.
Arfa terlihat sudah sangat nyaman diatas sofa ruang keluarga nya. Setoples makanan terhimpit di samping tubuhnya. Karin diam di ujung tangga menikmati setiap gerakan tubuh Arfa.
"Sini duduk, nggausah diem diem kalo ngeliatin" ia tersenyum getir saat mendengar candaan Arfa, yang mungkin sebentar lagi tak akan ia dengar.
Begitu Karin menjejakkan pantatnya ke atas sofa, sebuah kue mendekati mulutnya. Awalnya ia merasa enggan, tapi menyadari tangan yang menopang kue itu tak kunjung turun, ia akhirnya membuka mulut, membiarkan sepotong kue memasukinya. Hambar, ia bahkan tak merasakan sensasi coklat dari kue kesukaannya kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Karin (END)
Teen Fiction"Dia itu pentolan sekolah, anak paling nakal di angkatan kita. Berandalan banget deh. Suka nelat, cabut, ngerokok, ngga ada sopan sopannya juga kalo sama guru." - Putri Shania. Kehidupan Karin berubah setelah pertemuannya dengan Arfa, anak berandal...