Delapan

2.5K 121 1
                                    

Hai readers! Makasih buat yang stay baca Karin. Maaf ya lama ngga posting, lagi banyak banget urusan.

Ok. Selamat membaca ya, jangan lupa vote and koment!

***

Pagi ini Karin bangun dengan perasaan senang luar biasa, Papa nya pulang. Pria yang selalu memanjakannya itu akhirnya pulang ke Indonesia setelah lebih dari 1 tahun menetap di Aussie dengan segala urusan perusahaannya.

"Karin, kamu masih ingat Om Wahyu?" tanya Hendra -Papa Karin- saat sarapan.

"Iya, kenapa Pa?"

"Nanti malam Papa ada janji sama dia. Mau kan temenin Papa?"

"Mama gimana?" Karin meminta persetujuan Mamanya.

"Mama ikut dong" kata Mamanya.

Karin tersenyum lalu mengangguk menyetujui permintaan Papanya. Sudah cukup lama semenjak terakhir ia mengikuti urusan makan malam seperti ini.

"Anak nya si Wahyu itu seumuran sama Karin kan, Ma?" tanya Papa seperti teringat sesuatu.

"Satu tahun lebih tua, Pa. Dulu waktu Karin lahir dia udah lari-lari di ruang tamu kita" tawa Mama mengingat masa lalu yang Karin sendiri tak mengerti.

"Sayang ya, Ma. Mereka ngga bareng bareng waktu kecilnya."

"Siapa sih, Pa? Ma?" tanya Karin bingung dengan percakapan orang tuanya sedari tadi.

"Papa lupa namanya, dia anak Om Wahyu. Dulu waktu kamu kecil, sampe umur satu tahun dia sering main kesini."

"Yaa siapa tau nanti dia ikut, Pa"

***

"Rin, malem ini kita mau jalan. Ikutan yuk?" ajak Nina.

"Gue ada dinner sama ortu."

"Sejak kapan dinner nya ortu lo yang ikut?" Putri bertanya heran.

"Nggatau juga gue. Nurut aja lah."

Jam istirahat hari ini mereka habiskan di kelas karena persiapan untuk ulangan biologi setelah ini. Nina dan Putri terlihat penat dengan kepala yang akhirnya bertempat di atas meja, berbeda dengan Erni yang memang paling bisa diandalkan dalam hal pelajaran.

"Denger denger kelas sebelah udah ulangan ya? Kenapa ngga kita tanya aja sih sama mereka, yaa kali aja dapet bocoran dikit. Kan lumayan tuh" usul Nina.

Putri langsung bersemangat saat mendengar usulan Nina. Di otaknya kini tengah ada sebuah ide yang baginya menarik.

Jadi disinilah mereka, dengan Erni dan Karin yang pada akhirnya menjadi korban dari ide gila Putri.

"Buruan kalii."

"Biar bisa lama belajarnya. Cepetan Karin"

"Gue ogaah!"

"Ntar nilai lo jelek loh."

Mau tak mau Karin dengan sangat terpaksa dan sama sekali tak ada rasa ikhlas membuka pintu ruang kelas di depannya.

"Hai, Rin. Cari siapa?" Raden, ketua kelas X.3 angkat bicara melihat Karin muncul dibalik pintu kelasnya.

"Arfa ada?" tanya Karin lebih seperti bisikan, karna tak ingin menghebohkan suasana kelas yang memang sedang sunyi itu.

"Tidur tuh di bangkunya." Karin melongokkan kepala kearah belakang kelas dan menemukan seseorang disana.

Tak sempat menghindar, Wildan yang telah lebih dahulu melihatnya segera menemui Karin. Tanpa basa basi Karin langsung saja mengatakan alasan nya datang karna ingin meminta bantuan Arfa belajar Biologi untuk ulangan.

Karin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang