"Gue lulus!!!" suara pekikan itu terdengar dari hampir setiap pasang bibir yang ada di ruangan tersebut.
Raut bahagia serta senyum manis tak lagi dapat dibendung, masa remaja mereka di bangku SMA selesai sudah. Semua kenangan baik akan menjadi semakin baik, begitupun kenangan buruk yang perlahan akan terkikis dan menyisakan sebuah ingatan semata.
Arfa tersenyum tak kalah senang, setelah hampir dua bulan ia berkutat dengan kertas kertas yang bahkan lebih tebal dari kamus bahasa Inggris nya kini akhirnya ia bisa menikmati apa yang ia usahakan. Akhirnya ia bisa mencapai nilai yang memuaskan meskipun tak mungkin mengalahkan kepandaian Wildan dan Dion, setidaknya ia cukup puas dengan perolehan nilai nya kali ini.
"Jadi, gimana rencana lo selanjutnya?" sebuah tangan menepuk bahu nya, ia tersenyum hangat pada Dion.
"Libur, have fun, surprise, OMG! Gasabar gue!!" Teriak Kevin histeris. Sudah sejak beberapa bulan yang lalu Arfa memang merencanakan sesuatu, demi mengakhiri semua kisah absurd antara dia dan gadis kesayangannya itu.
Arfa menunduk, diam-diam bersemu saat otaknya mengingat gadis itu dan hatinya berdetak tak karuan. Ia sudah sangat gila, ya ia gila. Tapi mau bagaimana lagi, bahagianya ada pada gadis rese dan tolol itu.
***
"Kurang turun baju lo, kenapa engga dilihatin sekalian aja? Nanggung!" celetuk Karin melihat dress sahabatnya yang berbelahan dada rendah, tidak, baginya ini sangat rendah.
Putri yang di sampingnya hanya tertawa geli melihat ekspresi keduanya saling tatap. Kapan lagi ia bisa menikmati suasana seperti ini. Apakah mereka akan tetap bisa seperti ini bahkan setelah menginjak kaki di ranah perkuliahan.
"Lo buruan ganti, Rin. Nanti telat" katanya menyenggol lengan Karin disambut anggukan.
Karin kembali dengan balutan dress hitam yang menggantung pas di tubuhnya. Setengah dari punggungnya terekspos bebas, sementara bagian depan gaunnya menutup hingga pangkal lehernya. Seuntai tali melingkar terikat cantik di balik rambut panjang nya.
Tepat sebelum berangkat ia menyambar cardigan putih nya, ia pikir mungkin akan dibutuhkan.
***
Arfa terpaku melihat bagaimana Karin dengan gaunnya yang terkesan simple namun sangat memukau, cardigan putih itu melindungi dengan sempurna tubuh bagian atasnya dari tatapan siswa lain yang sama terpukau nya dengan Arfa. Tapi, bagaimanapun terpukau nya mereka, tak ada seorang pun yang bahkan berani untuk menyentuh seujung kuku apa yang telah dimiliki Arfa.
"Hi beautiful, nice to see you here" Arfa merengkuh pinggang gadis itu untuk membisikkan kalimat manis.
Sementara di belakangnya, Putri hanya tersenyum geli melihat tingkah sepasang manusia yang tengah di mabuk cinta itu.
Acara malam perpisahan berlangsung dengan lancar, Karin banyak menghabiskan waktu untuk berfoto dengan teman-temannya. Sementara Arfa memilih duduk di bar menatap keceriaan gadisnya dari jauh, ia lega setelah semua kesedihan Karin tentang dirinya gadis itu masih tetap tertawa lepas.
"Woy, gimana jadinya?" tanya Dion yang tiba-tiba duduk disampingnya, mengganggu momen indah nya tentu saja.
"Gue pergi"
"Serius? Setelah semua yang lo perjuangin, ini akhir tujuan lo? Pergi gitu aja?" Kevin menyahut tak percaya, sohib nya itu seperti kerasukan, sebentar ia sedih karena harus pergi sebentar kemudian ia bertekat bulat untuk pergi.
Arfa tersenyum, masih terus memandangi Karin yang kini tengah mencomot sepotong kue dari piring temannya. Ini langkah terakhir yang bisa ia lakukan untuk gadis itu, juga untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karin (END)
Novela Juvenil"Dia itu pentolan sekolah, anak paling nakal di angkatan kita. Berandalan banget deh. Suka nelat, cabut, ngerokok, ngga ada sopan sopannya juga kalo sama guru." - Putri Shania. Kehidupan Karin berubah setelah pertemuannya dengan Arfa, anak berandal...