Tiga belas

2.2K 90 0
                                    

Klik.

Suara lampu dinyalakan. Seseorang dengan kaos biru Adidas tengah terbaring tenang dibawah selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

"Gue tau lo belom tidur" perkataan Arma membuat kedua kelopak mata itu terbuka. Ia mendengarkan tanpa berniat menjawab.

"Gue perlu bicara"

"Keluar dari kamar gue" suara itu akhirnya menyahut.

"Maaf kalo kakak ninggalin kamu sendirian dan lebih milih pergi. Kakak bener-bener.."

"Lo siapa sih?! Ngga perlu sok jadi kakak gue. Gue ngga punya kakak!" makinya membuat Arma bungkam.

Kesalahannya memang terlalu sulit dimaafkan. Tapi semua bukan keinginannya, saat itu ia hanya memikirkan yang terbaik untuk adiknya, ia hanya berusaha menjadi kakak yang baik.

***

Flashback

"Gimana ini pah? Arfa sakit lagi." Seorang wanita cantik tengah panik melihat putra dalam pelukannya menggigil kedinginan.

"Baru kemarin dia keluar dari rumah sakit. Sekarang apa lagi." keluh pria yang merupakan suami sekaligus ayah dari sang anak.

Di pojok ruangan, seorang anak dengan rupa yang sama berdiri terdiam. Ia menatap wajah pucat adiknya dengan perasaan bersalah.

Apa iya kalo anak kembar harus dipisah waktu masih kecil? Arfa sakit gara-gara ada aku?

Pikirnya memikirkan perkataan beberapa wali siswa yang bergosip di halaman sekolahnya.

"Papah siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang" pria itu berjalan cepat menyambar kunci mobil dari atas meja.

"Arma sayang, kamu bisa kan jaga rumah? Nanti mamah telpon nenek agar kesini temani kamu." wanita itu memberikan arahan singkat pada anak sulung nya sebelum mengangkat Arfa menuju mobil. Arma hanya mengangguk singkat.

Tak kurang dari dua jam ia masih tetap mematung di ujung ruangan. Bahkan ketika pintu rumah diketuk pun, ia tak beranjak untuk membuka nya.

"Arma, kemari sayang" panggil neneknya begitu melihat cucu yang biasanya tersenyum riang kini murung di ujung ruangan.

Arma berjalan pelan menuju pelukan neneknya, ia ingin bertanya apa benar yang ia dengar dari ibu ibu temannya itu.

"Nek, tau cerita anak kembar?"

"Kamu mau nenek cerita? Okeh nenek cerita tapi kita ke kamar ya, kamu harus bobok."

Ia berusaha mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada adik kesayangannya itu, mengapa anak kembar harus dipisahkan.

"Aku mau ikut nenek pulang." celetuk Arma mengagetkan sang nenek.

"Itu cuma cerita sayang, jangan diambil hati. Arfa mungkin cuma kecapekan main aja." nenek masih berusaha menenangkan pikiran cucunya yang kacau.

"Aku sayang Arfa, aku mau ikut nenek."

Dan atas izin dari kedua orang tuanya, Arma akhirnya memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Di usianya yang masih 7 tahun itu ia bahkan sudah mengerti bagaimana cara berkorban. Ia tak pernah sekalipun mengungkit kedua orang tua atau bahkan adik yang dirindukannya itu.

Setiap bulan tak kurang dari 2 surat selalu ia terima dari adiknya, tapi tak satupun ia baca. Pernah sekali ia pulang atas permintaan mamahnya. Tapi sepertinya semua terlambat, adiknya bahkan tak mau menemuinya.

***

Merasa diperhatikan, Arfa bangkit dan bergegas mengambil jaket jeans nya dan menyambar kunci mobil dari meja belajar di kamarnya.

Karin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang