"Dia itu pentolan sekolah, anak paling nakal di angkatan kita. Berandalan banget deh. Suka nelat, cabut, ngerokok, ngga ada sopan sopannya juga kalo sama guru." - Putri Shania.
Kehidupan Karin berubah setelah pertemuannya dengan Arfa, anak berandal...
Jangan lupa vote sebelum baca yaa 😄 Suka sedih kalo ada yang baca tapi engga vote, vote itu gratis gaes jadi plis hargain karya orang lain ya gaes 😚😚 Thanks buat komen nya, makin cepet update kalo begini ❤
***
"Hai" sapa Arfa dengan senyum khas nya.
Karin terdiam, masih pada posisinya yang berdiri kaku. Ia benar-benar sedang jatuh cinta, lagi, saat melihat seorang laki-laki tampan dengan jaket jeans yang melekat pas di tubuh atletisnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(jangan protes kenapa ngga ada wajahnya, biar kalian bisa berimajinasi sendiri wkwk)
Karin tersadar saat tangannya ditarik sehingga ia maju selangkah, hampir menabrak tubuh lelaki yang kini berjarak kurang dari satu jengkal darinya. Terdengar suara pintu mobil yang ditutup lalu ia berjalan mengikuti arah tangannya ditarik.
"Halo Karin" sebuah suara menyapa begitu Karin mendekati meja di tengah ruangan. Ia hanya tersenyum malu, masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi disini.
"Kalian cari meja sendiri aja ya, kita mau ngomongin bisnis" kata Ana disambut anggukan Arfa. Kembali Karin merasa terseret oleh tangan laki-laki di depannya.
Mereka duduk di ujung ruang, dengan pemandangan langsung ke ramai nya jalan raya. Tapi Karin tampak lebih menikmati cowok di hadapannya dibanding lampu lampu jalan yang menyala terang.
"Kenapa liatin begitu?" tanya Arfa
"Kangen"
Arfa terdiam sebentar lalu tertawa keras, sampai sampai Karin dengan reflek bangkit dan menutup mulut Arfa dengan tangannya. Ia mendelik kesal merasa dipermalukan saat beberapa orang memandang kearah mereka. Setelah Arfa berjanji akan diam, barulah ia melepaskan tangannya dan kembali duduk.
Ia sudah duduk, tapi sepertinya tangannya tak sempat meloloskan diri. Tangan itu kini berada di cengkraman Arfa, lalu mengubah sedikit posisinya dan mengecupnya pelan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa tanganku.."
"Trus aku harus cium dimana?" Karin bersemu lalu menarik tangannya cepat.
Mereka akhirnya memesan makanan. Arfa tersenyum saat Karin menatap daftar menu dengan mata berbinar, karena Karin memang sedang lapar.