Tujuh Belas

2K 80 1
                                    

"Jadi kalian kembar?" tanya nya masih belum percaya.

"Iya. Yang lo temuin di toko buku itu bukan gue. Itu Arma." jelasnya.

Karin tidak marah, ia cukup mengerti saat Arfa mengatakan hubungan kakak adiknya baru saja membaik, karena itulah selama ini dia tak pernah ingin menceritakan perihal kakak nya kepada siapapun.

"Keadaan lo?" tanya Karin. Ia masih butuh penjelasan bagaimana Arfa bisa berakhir seperti ini.

"Kecelakaan. Waktu gue otw ke rumah lo. Sorry ya princess gue batalin kencan." katanya.

"Tapi sekarang lo baik baik aja kan?"

"Cuma gegar otak ringan. Ngga ada yang perlu dikhawatirkan."

Karin melirik jam di tangan kanan nya. Sudah pukul sembilan malam tapi Mama nya belum juga kembali.

Seorang suster masuk kedalam ruangan dengan senyum hangat. Ia memberikan sebuah mangkuk kecil dengan beberapa obat didalamnya serta meminta agar pasien segera beristirahat.

"Makasih, sus" kata Arfa sopan.

Karin mendekat kearah meja dan menuangkan air putih kedalam gelas lalu memberikannya pada Arfa.

"Buruan istirahat." kata Karin berniat meninggalkan ruangan. Tapi sebelum sempat melangkah tangannya sudah dicekal terlebih dahulu.

"Temenin gue, gue ngga bisa sendirian" katanya.

"Jangan manja, Fa."

"Semalem doang. Gue masih kangen." rengeknya.

Karin akhirnya duduk di sebuah kursi yang memang sudah ada di sisi ranjang. Arfa masih menggenggam tangannya erat.

Keduanya saling diam cukup lama hingga Karin mulai bosan karena Arfa tak kunjung terlelap.

Ditariknya satu tangan Karin yang bebas dan diletakan di kepalanya, ia memberi contoh untuk mengelus rambutnya. Entah kenapa Karin mengikutinya dan terus mengelus rambut hitam Arfa.

"Sampe aku tidur ya princess" katanya lalu menguap membuat Karin tersenyum geli.

Aku?
Karin menghangat mendengarnya.

"Apa harus kaya gini?" ia tak bisa menahan rasa penasaran nya.

"Setiap aku sakit pasti Mama balik. Kalo ngga gitu aku ngga akan bisa tidur"

"Padahal Tante Ana sering di luar negeri"

"Makannya aku jarang sakit. Besok lagi kalo sakit aku ngga masalah, udah ada princess chaantyyiik" Arfa menguap lagi membuat Karin tertawa.

Percakapan berakhir saat Arfa akhirnya tertidur masih dengan menggenggam tangan dan menghadap kearah gadisnya.

***

Pintu tiba tiba terbuka, Karin belum sempat beranjak dari posisi nya tadi.

"Yasudah kalau dia tidur. Aku sampai lupa dia tidak bisa tidur kalau sendirian. Terimakasih ya nak Karin." kata Tante Ana.

"Sama-sama Tante." ia tersenyum kikuk. Mama nya tersenyum senang di samping Tante Ana.

"Lit, besok aku harus balik lagi. Kerjaan banyak yang aku tinggalin. Kalau boleh aku mau minta tolong anakmu buat jagain Arfa sementara. Dia kalau lagi sakit sering merajuk." keluhnya. "Kayanya Arfa lebih nyaman ditemani Karin dari pada Mama nya." tambah nya.

"Ngga papa kok. Daripada dia suntuk di rumah." kata Mama nya.

Karin hanya diam. Antara tak mau tapi ia juga ingin secara langsung menjaga Arfa.

Karin (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang