Me : pah ily♥
Kumasukan ponselku ke dalam tas. Sehabis mengirimi pesan untuk papa, aku langsung berangkat ke sekolah menggunakan bis umum.
Hari ini adalah hari pembagian hasil pembelajaran selama 6 bulanku di Inggis. Kuharap nilaiku tidak buruk meskipun aku tak mengerti kurikulum yang berlaku disini.
"Atha," aku menoleh pada sumber suara dan kudapati Vanila tersenyum singkat dan buru-buru mengejarku, "Asu, gua tadi dikejar sama orang psikopat anjir."
"Lah siapa?" Kataku.
"Tau dah, dia freshman juga kayak kita," Vanila menenggak air mineralnya secara terburu. Memang keringat didahinya menunjukan jika ia sedang kelelahan. "Eh iya gue ketemu Luke!!"
"Anjir Luke yang itukan? Pemain futsal?" Vanila mengangguk singkat. "Ganteng banget dah pasti."
"Iya banget malah, dia tadi ke sekolah pake bis umum masa." Aku mengernyitkan dahi, "Jurusan bisnya masa sama kayak elu."
"Lah, berarti tadi kita se-bis dong?" Vanila mengendikkan bahunya. Tadinya ia akan berteriak saat matanya menangkap sosok Luke, akan tetapi aku sudah melihat gelagatnya Vanila.
"Nikmat dunia," kata Vanila sambil melongo.
"Punya gua tuh, jangan diliatin." Aku langsung menutup mata Vanila dengan telapak tangan. Namun lamunanku buyar saat ponselku bergetar ada pesan masuk.
Papa Cal : i luv u too, budd.
"Dasar," gerutuku.
Setelah 20 menit yang berlalu tadi, semua siswa freshman dikumpulkan untuk pembagian hasil pembelajaran. Kebetulan, guru pembimbingku--Mr. Zayn--sama dengan guru pembimbing Vanila jadi kami ditempatkan diruang yang sama.
"Margaretha Athalia.." aku langsung masuk menemui Mr. Zayn, ia menyapaku dengan senyuman khas orang Inggris--senyum wibawa. Aku jadi teringat papaku, harusnya ia kuajari senyum khas sini agar lebih wibawa.
"Kupanggil siapa?" Ia bertanya.
"Atha saja," ia menyerahkanku sebuah map biru muda dengan diberi judul namaku disana. Kuperhatikan Mr. Zayn yang sedang membaca laporan hasil pembelajaranku.
"Syukur tha, nilaimu yang jelek hanya Matematika." Mataku melebar tak percaya, aku bangga bisa melewati kelas sejarah yang notabenenya aku sering membolos kelas.
"Duh Mr, saya ga tau mau ngomong apa nih. Tapi, terima kasih banyak ya, saya ga percaya aja yang jelek cuma satu." Kataku.
"Iya sama-sama," Mr. Zayn menyerahkan map itu, "Kuharap, kamu akan mendapatkan guru tutor yang bagus ya." Aku mengangguk dan berpamit untuk keluar ruangan.
Alasan aku sekolah disini adalah, sistem tutor yang disediakan. Jadi setiap 6 bulan sekali, diberikan hasil laporan dan bagian mata pelajaran yang jelek akan dicarikan tutor untuk mengajari. Meringankan beban siswa agar tidak membayar uang les diluar sekolah.
"Gimana? Matpel apa lu ga lulus?" Tanya Vanila.
"Mtk doang, selo." Lalu Vanila memperlihatkanku hasil laporannya, "Lu ga lulus kimia? Wah mampus lo."
"Iya ish, udah kimia sering bolos, eh ga lulus tambah sering gue belajar kimia." Vanila memijat keningnya dengan wajah mualnya.
Aku dan Vanila memutuskan untuk membeli hotdog dan menonton pertandingan tenis antara kakak kelas dan kakak kelas di lapangan sekolah.
"Gue sih syukur-syukur dapet tutor kakak kelas tha, apalagi cogan." Aku memutar mata dan mendaratkan bokongku di salah satu kursi penonton di lapangan tenis.
"Gue mah Luke aja gapapa." Kataku sambil menyesap soda lewat sedotan, "Van, sebenernya guru tutor itu milih sendiri ga sih muridnya?" Tanyaku.
"Gue denger-denger nih, guru tutor itu bakal dapet uang tip gitu dari sekolah. Nah murid yang nilainya paling bagus di matpel itu, bakal jadi kandidat guru tutor. Ga di paksa sih, tapi mereka dikasi kebebasan milih muridnya sendiri." Ucap Vanila panjang lebar.
"Jadi intinya si gurunya itu ga kepaksa kan?" Vanila menggeleng, lalu kami terlarut dalam aksi permainan tenis kakak kelas.
***
Sehabis menonton tenis tadi, Mr. Zayn memanggilku ke yayasan sekolah. Katanya, aku sudah mendapatkan guru tutor matematikaku.
Dan sekarang, aku dan Vanila sedang berjalan menuju gedung yayasan. "Perasaan baru aja gue dapet laporan, eh udah ada yang minat jadi guru gue." Kataku saat membuka pintu ruang kerja Mr. Zayn.
"Siang, Atha dan Vanila." Kata Mr, Vanila memang ikut masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Firstly, saya mau nanya." Kata Vanila mendahuluiku, "Saya belum dapat guru tutor?"
"Vanila siapa? Dan tutor apa?" Kata Mr Zayn sembari menyarikan data.
"Vanila Reed, kimia." Mr. Zayn memberikan Vanila amplop coklat dan segera dibukanya. Disana terdapat biodata guru tutor Vanila untuk kimianya. "Anjir kakel, tha." Ia menunjukannya padaku.
"Jadi untuk tahun ini, guru tutornya ada yang dari kakak kelas dan teman seangkatan." Lalu Mr memberikan amplop coklat untukku. "Nanti akan saya hubungi guru kalian untuk berkenalan ya."
Aku belum membuka amplop coklatku, lalu berpamitan pada Mr. Zayn.
"Gue siapa ya?" Kataku sambil membuka amplop itu. Vanila juga menungguku untuk membuka amplop itu. "Oh shit."
Aku mengeluarkan 3 lampiran dari dalam amplop itu, terpampang jelas nama guru tutorku dan pas photonya berbackgound biru.
Nama : Lucas Downey H.
Tutor : Matematika
Masa ajaran : Year 1 - Year 2
Alasan menjadi tutor untuk : Margaretha Athalia
Adalah : untuk membagikan ilmu bidang matematika padanya.
Tertanda : Luke-"Gue lagi mimpi ga sih? Guru gue crush gue." Kataku.
To be continued..
Here yaaa go ini season 2nya eakk.
Wat du yu ting? Mau dilanjut ga ni?
-mekelfuture.Btw gua baru sadar atha itu namanya yg bikin ff middle row hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Hus-band 2 : Luke Hemmings
Fanfiction¤ Me And Husband : Calum Hood (related) ¤ *** "Gue pengen jadi rumus matematika deh," "Kenapa?" "Biar selalu lo inget."