18

1.5K 263 88
                                    

Won't you stay till the A.M?

"Ga lega gue jir." Aku menghela nafas. Ini sudah hari ketiga aku dan Luke diem-dieman. Iya, aku memang bodoh.

Merusak persahabatan dan merusak semuanya. Termasuk, hubungan Luke dan Noe.

"Kan lu udah jujur, kurang apanya?" Daritadi Vanila mencecarku karena bodoh mengatakan jujur pada Luke. Iya, katanya sangat dilarang mengatakan itu pada sahabat. Bisa ancur. Serius.

"He's not interested in you, well nusuk anjir." Aku pura-pura mengusap air mata bohonganku.

"Blegug, salahnya siapa jujur." Kata Vanila.

"Gue cuma bilang cemburu, buka perasaan gue. Lagian dia duluan anu-anu ke Jack." Memang bodoh sih, cemburu kan tandanya sayang. Terus aku bilang cemburu ke Luke, ya ketauan. Ketauan kalo sayang.

Karena sesungguhnya ketauan sayang itu lebih malu dari ketauan boker di sekolah. Eh ga juga sih.

"Sama aja lah blegug,"

"Lu tau ga Luke sama Noe sekarang kaya gimana?" Vanila menggeleng, "ancur jing kek muka gue pas SD, ga berbentuk."

Vanila tertawa sampai membuat kakak kelas didepan kami menoleh, "pelan pelan jing, jaim dikit."

"Emang kek gimana?"

"Kemaren berantem, bawa-bawa nama gua. Denger gue." Aku pun langsung menceritakan inti dari marahnya Noella ke Luke. Aku mendengarnya saat selesai dari ekskul basket lalu ke toilet dan ga sengaja aku mendengar mereka adu mulut.

Maksudnya berantem ya.

"Yeuu blegug, ternyata belum jadian." Kata Vanila.

"Ya tapi kan bentar lagi jadian, Vannnnn."

"Itu belum namanya, kalo emang Luke udah nembak Noe berarti udah jadian. Kalo kaya gitu mah cuma php doang."

"Berarti Luke tukang php dong?"

"Tadi kan lu bilang mereka berantem bawa nama lo, berarti Luke ada rasa sama lu. Lu adalah alasan mereka berantem, berarti Luke ngebimbangin elu."

***

"Tha dipanggil Mr. Zayn," aku langsung menuju kantor Mr. Zayn untuk menemuinya. Mungkin membahas tentang nilai matematikaku lagi yang mungkin hancur.

Karena ketahuilah, Luke sebagai guru tutorku membuatku pecah konsentrasi.

Mr. Zayn salah dalam memilih guru tutor, karena guru yang ia pilih adalah orang yang kusukai.

Note : aku masih ragu untuk menggunakan kata 'kucintai'

"selamat siang, Mr." Salamku padanya saat memasuki ruangan mr. Zayn.

"Silahkan duduk tha," aku langsung duduk didepan Mr. Zayn bersiap untuk mendapatkan ocehannya. "Saya pikir, saya tidak salah memilih guru."

Aku mengernyitkan dahi, "maksudnya?"

"Nilaimu sangat mencukupi untuk lulus di kelas matematika, selamat ya atha. Papamu pasti bangga." Aku berkedip-kedip beberapa saat. Membayangkan hal ini adalah mimpi mungkin aku menangis-nangis seperti orang gila dirumah. Tapi sayangnya ini bukan mimpi.

"Serius kan?" Mr. Zayn mengangguk. "Ya Tuhan, terima kasih."

"Baiklah ini nilaimu." Mr. Zayn memberikanku lembaran kertas yang kutau jelas itu hasil ujianku kemarin.

Sebenarnya aku hanya membutuhkan nilai 80 lagi untuk lulus dikelas matematika ini. Ya dan aku berhasil mencapainya.

"Terima kasih, saya pamit dulu." Mr. Zayn mengangguk. Aku segera keluar dari ruangannya dan berlari mencari Vanila. Aku harus menceritakan kejadian 'langka' ini padanya.

Me And Hus-band 2 : Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang